Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Petani Jagung Itu Tidak Miskin'

'Petani Jagung Itu Tidak Miskin' Kredit Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Warta Ekonomi, Gorontalo -

Ketua Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Provinsi Gorontalo Dahlan Usman menjelaskan bahwa keliru jika ada anggapan petani tanamam jagung itu miskin.

"Petani jagung itu tidak miskin, sepanjang laba atau keuntungannya tidak terserap oleh tengkulak, dan mengubah pola asumsi subsidi dari pemerintah," kata Dahlan, Minggu (17/9/2017).

Subsidi pemerintah kepada petani saat ini, baik berupa benih, pupuk dan obat-obatan, diperuntukan setiap satu orang petani hanya untuk kebutuhan lahan seluas satu hektare.

Gempita yang merupakan program dari Kementerian Pertanian ini, mendorong pemerintah daerah untuk mengubah pola asumsi subsidi pertanian. Seharusnya satu orang petani bisa mendapatkan subsidi kebutuhan baik bibit dan pupuk untuk luas lahan 3-5 hektare.

"Program Gempita pada putaran pertama ditargetkan 10.350 hektare, dan lahan tidur tersebut telah siap ditanam pada bulan Oktober ini. Setiap petani memperoleh bantuan untuk luasan lahan 3-5 hektare," jelasnya.

Ia mengakui subsidi pemerintah saat ini satu haktare satu petani memang ada untungnya, tapi tidak akan mengubah nasib petani. Makanya asumsi saat ini harus digeser ke angka yang lebih besar. Penghitunganya jika dalam satu haktare lahan jagung bisa mencapai 6 ton (6.000 Kilogram), dikali dengan harga jual saat ini Rp3.000/kg, maka hasil diperoleh sekitar Rp18 juta.

"Maka Rp18 juta dikali 5 hektare lahan yang dikelolah petani, maka hasil yang diperoleh sekitar Rp90 juta. Jika biaya operasional Rp25 juta, maka masih tersisah sekitar Rp65 juta, dan keuntungan Rp65 juta dibagi 4 bulan maka pendapatan setiap bulannya sekitar Rp16 juta," urainya.

Dengan demikian, lanjut Dahlan, sektor pertanian terutama petani jagung menjadi daya tarik tersendiri sebagai tumpuan harapan baru. Cara lainya yang saat ini dikerjakan Gempita adalah mengupayakan agar petani tidak terlibat dengan tengkulak, dan pemerintah juga harus memikirkan petani jagung untuk mendapatkan biaya operasional, mulai dari penanaman, pemeliharaan hingga panen nanti.

Menurutnya, yang terjadi sebelumnya adalah pemerintah hanya memberikan pupuk, benih dan obat-obatan, ditambah alat dan mesin pertanian (Alsintan), itupun alsintan masih ada biaya yang harus dikeluarkan oleh petani.

"Ini yang menjadi target Gempita selama ini, terutama petani jagung. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan dana KUR yang berjumlah sekitar Rp110 triliun, yang disebar ke bank milik pemerintah, dengan bunga yang sangat rendah," ujarnya.

Dana KUR sejumlah Rp25 juta/orang paling banyak terserap di sektor perdagangan, sangat sedikit dimanfaatkan oleh petani, dan Gempita secara nasional berhasil mendorong pemerintah agar petani jagung mendapatkan KUR tanpa harus ada agunan.

"Gempita berupaya agar petani mendapatkan Rp25 juta, untuk mendorong angka pendapatan Rp90 juta, dan keuntungan tidak lari ke tengkulak," ucapnya. (CP/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: