Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Legislator: PSSI Kudu Belajar dari Bobotoh!

Legislator: PSSI Kudu Belajar dari Bobotoh! Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Keputusan PSSI menjatuhkan sanksi terhadap Persib terkait koreografi "save_rohingya" yang dilakukan bobotoh beberapa waktu lalu menuai respon berbagai kalangan, salah satunya dari kalangan legislator.

Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung, Yudi Cahyadi mengatakan bahwa induk organisasi sepakbola nasional itu tidak memahami akan filosopi sepakbola yang bersifat universal. Seharusnya PSSI bisa belajar dari bobotoh persib.

"PSSI na "teu cageur" alias gagal faham, harusnya PSSI belajar filosopi sepak bola. PSSI tidak faham apa arti universalitas dan fair play yang menjadi filosopi dasar dalam sepakbola,"kata Yudi kepada wartawan di Bandung, Sabtu (16/9/2017)

Menurut anggota legislatif muda Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bandung ini, fair play dalam sepak bola mengandung banyak kebaikan universal diantaranya sportifitas, keadilan, toleransi dan kemanusiaan. Ketika semua pemain dan suporter sepakbola berikrar ?say no to racism?, di sana sebenarnya sedang terjadi deklarasi nilai-nilai kemanusiaan secara universal, bahwa sepakbola menolak secara tegas hal-hal yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan, termasuk pembantaian etnis Rohingya yang terjadi saat ini.

"Dalam sepakbola, mencederai lawan saja bisa diganjar kartu merah, apalagi mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Kita faham bersama bahwa isu Rohingya adalah kejahatan kemanusiaan yang dikecam dunia global termasuk PBB. Jadi harusnya yang di "kartu merah" dan dikenakan sanksi bukan Persib atau bobotoh tapi PSSI. PSSI harusnya belajar dari bobotoh!! " tegasnya.

Yudi yang juga merupakan Ketua Gema Keadilan Kota Bandung mengapresiasi gerakan "Udunan Koin" yang digagas bobotoh sebagai jawaban atas sanksi yang diberikan PSSI. Dia juga mendukung bobotoh untuk terus mengekspresikan suara kemanusiaannya.

"Bobotoh jangan ragu dan takut untuk terus menyuarakan ekspresi kemanusiaannya, karena sepakbola bukan sekedar menang atau kalah, tapi lebih dari itu ia adalah bahasa universal, bahasa persatuan dan kemanusiaan", pungkasnya.?

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: