Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PBB: Eksodus Rohingya ke Bangladesh Tembus 400.000 Orang

PBB: Eksodus Rohingya ke Bangladesh Tembus 400.000 Orang Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari 400.000 pengungsi Rohingya yang mayoritas Muslim telah meninggalkan Myanmar ke Bangladesh, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa pemimpin Bangladesh akan melakukan lawatan ke AS untuk mencari bantuan global dalam mengatasi krisis tersebut.

Bangladesh dipenuhi oleh warga Rohingya sejak kekerasan meletus di negara bagian Rakhine Myanmar yang didominasi umat Buddha pada 25 Agustus lalu.

Pada hari Sabtu, PBB mengatakan bahwa jumlah orang yang memasuki Bangladesh yang melarikan diri dari kerusuhan tersebut kini telah mencapai 409.000, lonjakannya sebanyak 18.000 orang dalam sehari.

Kondisi itu memburuk di kota perbatasan Cox's Bazar di mana arus masuk telah menambah tekanan pada kamp Rohingya yang sudah dipenuhi 300.000 orang dari gelombang pengungsi sebelumnya.

PBB mengatakan dua anak dan seorang wanita tewas dalam "kericuhan" ketika sebuah kelompok swasta menyerahkan pakaian di dekat sebuah kamp pada hari Jumat.

Sheikh Hasina, perdana menteri Bangladesh, berangkat ke New York City pada hari Sabtu untuk meminta bantuan internasional dan juga menuntut lebih banyak tekanan pada Myanmar selama pembicaraan di Majelis Umum PBB pada hari Kamis.

"Dia akan segera menghentikan kekerasan di Negara Bagian Rakhine di Myanmar dan meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk mengirim misi pencarian fakta ke Rakhine," ungkap Nazrul Islam, seorang juru bicara perdana menteri, kepada kantor berita AFP.

"Dia juga akan memanggil masyarakat internasional dan PBB untuk memberi tekanan kepada Myanmar untuk mengembalikan semua pengungsi Rohingya ke tanah air mereka di Myanmar," tegasnya.

Chris Lom, juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi atau the International Organisation for Migration (IOM), mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dinas bantuan yang bekerja di negara tersebut sedang berjuang untuk mengatasi permintaan tersebut.

"Tidak ada yang mengharapkan jumlah orang ini, tentu saja jika 100.000 orang akan datang, mereka bisa saja diakomodasi, tapi pada saat mereka berhenti, mungkin 500.000 dan mungkin lebih. Ini sangat besar," tuturnya, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Senin (18/9/2017).

Lom juga mengatakan bahwa badan bantuan telah bekerja secepat mungkin, namun sejauh ini mereka hanya mampu membantu kurang dari seperempat pengungsi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: