Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Rohingya, India Punya Pendapat Lain

Soal Rohingya, India Punya Pendapat Lain Kredit Foto: Reuters/Lai Seng Sin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah India mengatakan pada hari Senin bahwa ada bukti yang menunjukkan bahwa beberapa orang Rohingya di negara tersebut memiliki hubungan dengan "organisasi teror" dan menimbulkan ancaman keamanan yang membenarkan deportasi massal terhadap kelompok etnis tersebut.

Kementerian Dalam Negeri India mengatakan akan secara rahasia membagikan informasi intelijen dengan Mahkamah Agung yang menunjukkan hubungan Rohingya dengan kelompok bersenjata yang berbasis di Pakistan, dalam upaya mendapatkan izin legal dalam merencanakan untuk mendeportasi 40.000 warga Rohingya.

Mahkamah Agung mendengar sebuah seruan diajukan atas nama Rohingya terhadap rencana deportasi yang diajukan oleh pemerintah nasionalis Perdana Menteri Narendra Modi.

Kementerian Dalam Negeri India mengajukan sebuah pernyataan tertulis ke pengadilan dengan alasan sikap keras tersebut dibenarkan karena ancaman keamanan yang diajukan oleh imigran ilegal dari kelompok etnis Rohingya mayoritas Muslim, ratusan ribu di antaranya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh, dan juga banyak Rohingya yang telah menyeberang ke India.

"Pengadilan tidak memiliki urusan untuk mengganggu masalah yang mereka sebut imigran ilegal atau migran ilegal," ujar pemerintah dalam surat pernyataan tersebut.

Pengacara Umum Tambahan Tushar Mehta mengatakan kepada pengadilan bahwa pemerintah akan memberikan bukti hubungan Rohingya dengan "kelompok ekstremis" dan transfer uang secara ilegal pada persidangan berikutnya.

Pengacara yang mewakili Rohingya mencela tindakan tersebut.

"Ini jelas merupakan kasus diskriminasi agama dan upaya untuk membangkitkan perasaan anti-Muslim," ujar Prashant Bhushan.

Kementerian tersebut mengatakan bahwa masuknya sejumlah besar Rohingya ke India dimulai empat sampai lima tahun yang lalu, jauh sebelum sebuah eksodus yang membawa lebih dari 400.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus untuk menghindari serangan militer Myanmar yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebut sebagai "pembersihan etnis".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: