Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kestabilan Rupiah, Dasar Pertumbuhan Ekonomi yang Sehat

Kestabilan Rupiah, Dasar Pertumbuhan Ekonomi yang Sehat Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Depok -

Kestabilan nilai tukar rupiah masih menjadi dasar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat, berkesinambungan, seimbang dan inklusif. Bank Indonesia (BI) senantiasa menjaga kestabilan rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Demikian disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo ketika memberikan Orasi Ilmiah pada Dies Natalis 67 tahun Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Depok kemarin seperti dikutip Kamis (21/9/2017).

?Kita tidak ingin pembangunan yang kuat saat ini, tetapi esok bisa jatuh. Kita tidak ingin pembangunan yang membuat jarak antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar jaraknya,? ujar Agus.

Dalam orasi ilmiah tersebut, Gubernur BI menjelaskan mengenai fungsi dan tugas BI dalam menjaga nilai tukar dalam tiga pilar, yakni kebijakan moneter, pengaturan sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan.

Dalam kebijakan moneter Agus Martowardojo menjelaskan bauran kebijakan yang dilakukan dalam menjaga inflasi yang terus membaik dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami mengharapkan Indonesia bisa masuk menjadi negara dengan inflasi rendah dan stabil,? ujarnya.

Bila dibandingkan dengan negara tetangga, inflasi Indonesia dalam enam tahun terakhir masih berada pada rata-rata 5,2%, lebih tinggi dengan Filipina di bawah 3%, maupun Malaysia dan Thailand di kisaran 2%.

Dia menjelaskan tingginya rata-rata tingkat inflasi karena ?terjadi kenaikan harga BBM yang menyebabkan inflasi tahunan pada 2013 dan 2014 menembus 8,3%.

?Namun 2017 inflasi terjaga pada level 4% dan pada 2018 kita menargetkan inflasi pada kisaran 3,5%,? ujar Agus.

Agus mengungkapkan Indonesia harus mewaspadai ancaman global terhadap ekonomi. Ancaman utama adalah pembalikan modal atau capital reversal akibat kenaikan The Fed Fund Rate setelah ekonomi Amerika Serikat mengalami pemulihan.

Selain itu, tutur Agus juga perlu diwaspadai bila The Fed mengurangi neraca (balance sheet) surat utang yang dapat mengakibatkan kenaikan nilai Dolar AS.

"Kita juga perlu mewaspadai penurunan kinerja perusahaan ritel, penurunan nilai tukar petani, penurunan pendapatan buruh. Kita harus mewaspadai ini dan perlu disikapi pada sisi fiskal,? ujarnya.

Orasi ilmiah ini dihadiri oleh Rektor UI Muhammad Anis, Dekan FEB Ari Kuncoro, ketua Ikatan Alumni FEB UI sekaligus Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, serta segenap para alumni FEB UI dan mahasiswa FEB UI.

Setelah orasi ilmiah, acara Dies Natalis FEB UI dilanjutkan dengan pemberian anugerah Wiraprakartsa Adhitama kepada tiga orang alumni yang memiliki kontribusi yang luar biasa kepada negara.

?Award tersebut merupakan penghargaan kepada alumni yang telah menunjukan dedikasi bagi Universitas dan Negara,? ujar Ketua Iluni FEB UI Mirza Adityaswara.

Tiga orang alumni tersebut adalah Rachmat Saleh yang merupakan mantan Gubernur BI dan Menteri Perdagangan, kemudian Hans Kartikahadi yang merupajan founder Deloitte Indonesia dan Harry Hamain Diah, yang merupakan tokoh asuransi Indonesia sekaligus founder Avrist Insurance.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: