Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Siap Jaga Inflasi Kaltim di Kisaran 4%

BI Siap Jaga Inflasi Kaltim di Kisaran 4% Kredit Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Warta Ekonomi, Samarinda -

Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur konsisten melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi terkini untuk menuju sasaran inflasi daerah ini akhir 2017 sebesar 4 persen plus minus 1 persen.

"BI Kaltim bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah akan terus memantau pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Krisman L Tobing di Samarinda, Senin (2/10/2017).

Beberapa fokus utama dalam pantauan BI masih sama dengan periode sebelumnya, yaitu memastikan ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi pangan pokok, dan distribusi energi seperti BBM dan LPG. Kemudian mendorong peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistik, termasuk menjaga efektivitas komunikasi kepada masyarakat mengenai informasi harga pangan.

Sedangkan kondisi saat ini, lanjutnya, pada September 2017 Kaltim mengalami deflasi (penurunan harga) 0,01 persen (mtm), meskipun tidak sedalam Agustus yang minus 0.28 persen. Sedangkan jika dihitung secara tahunan, inflasi Kaltim mengalami kenaikan dari 3,64 persen (yoy) pada Agustus menjadi 3,65 persen (yoy) pada September 2017.

"Serupa dengan bulan sebelumnya, capaian inflasi tahunan Kaltim lebih rendah dari inflasi tahunan nasional yang mencapai 3,72 persen (yoy)," katanya pula.

Inflasi Kaltim secara perhitungan tahun kalender (Januari-September 2017) tercatat sebesar 2,46 persen (ytd). Berdasarkan kota pembentuknya, maka deflasi di Kaltim dipengaruhi oleh deflasi di Samarinda 0,17 persen (mtm) atau berinflasi 4,31 persen (yoy), kemudian di Balikpapan berinflasi 0,2 persen (mtm) atau 2,79 persen (yoy).

Dilihat dari komponen pembetuknya, maka deflasi di Kaltim sangat dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi dari kelompok volatile foods (harga pangan bergejolak), sedangkan kelompok administered prices (harga yang dikendlikan pemerintah) dan kelompok core (inti) mengalami inflasi.

Secara umum, lanjutnya, deflasi pada September 2017 disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dengan subkelompok komoditas bumbu-bumbuan hingga minus 14,08 persen sebagai akibat dari kenaikan produksi lada di Kaltim.

"Kaltim bersama Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan berkontribusi terhadap produksi lada nasional mencapai 41,68 persen. Ekspor lada pada periode Januari-Agustus 2017 mencapai 27.460 ton atau naik 16.57 persen ketimbang periode sama tahun 2016," kata Tobing. (CP/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: