Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh! Nilai Tukar Petani Sulsel Anjlok Lagi

Duh! Nilai Tukar Petani Sulsel Anjlok Lagi Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Makassar -

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Nursam Salam, mengungkapkan Nilai Tukar Petani (NTP) di daerahnya mengalami penurunan pada September 2017. Bila dibandingkan periode Agustus 2017, daya beli petani terkini anjlok cukup dalam. "Terjadi penurunan sampai 0,7 persen dari 100,72 menjadi 100,02," kata Nursam, Senin, (2/10/2017).

Berdasarkan data yang dihimpun Warta Ekonomi, NTP Sulsel terbilang sangat fluktuatif sepanjang 2017. Periode Agustus, daya beli petani tercatat sempat membaik. Terjadi kenaikan sekitar 0,54 persen. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan periode Juli yang seperti periode September mengalami kemerosotan. Namun, kala itu penurunannya hanya 0,36 persen.?

Nursam memaparkan anjloknya NTP Sulsel pada September 2017 dipengaruhi menurunnya empat dari lima subsektor. Satu-satunya subsektor yang mencatatkan torehan positif hanya subsektor perikanan mencapai 0,61 persen. "Bila dibandingkan periode bulan sebelumnya, empat subsektor anjlok. Nah, penurunan terbesar di subsektor tanaman hortikultura," ujar dia.?

Merujuk data BPS, keempat subsektor yang mengalami kemerosotan adalah subsektor tanaman pangan (0,39 persen), subsektor hortikultura (1,58 persen), subsektor perkebunan rakyat (1,51 persen) dan subsektor perikanan (0,18 persen).

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di pedesaan. NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula tingkat daya beli petani. Adapun NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang harus dibayarkan petani.

Nursam memaparkan kemerosotan NTP Sulsel pada September 2017 terjadi dikarenakan penurunan yang terjadi pada indeks yang diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan penurunan pada indeks yang dibayarkan petani (Ib). Penurunan It mencapai 0,73 persen dan penurunan Ib hanya 0,03 persen.

"Perhitungannya seperti itu yakni selisih antara indeks yang dibayarkan dengan indeks yang diterima petani," tutup dia.?

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: