Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Lawan Kampanye Negatif Sawit di WTO

Indonesia Lawan Kampanye Negatif Sawit di WTO Kredit Foto: Vicky Fadil
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia melawan kampanye negatif terhadap industri minyak sawit melalui forum Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

Keterangan pers Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa,Swiss yang diterima di Jakarta, Selasa menyebutkan untuk melawan kampanye negatif minyak sawit di forum perdagangan Internasional, Pemerintah Indonesia telah memprakarsai pelaksanaan kegiatan "Workshop on Sustainability and Non-Tariff Barriers to Trade: The Case Study of Palm Oil" yang dilaksanakan pada akhir September 2017 di Forum Publik WTO, Jenewa, Swiss.

Workshop itu merupakan prakarsa Indonesia yang kemudian didukung oleh beberapa negara produsen sawit lainnya seperti Malaysia, Thailand, Guatemala, dan Kolombia.

Berdasarkan catatan di beberapa negara tujuan ekspor, khususnya di Eropa, produk sawit telah mengalami perlakuan diskriminatif terkait dengan isu-isu pengrusakan hutan, perubahan iklim dan pelanggaran hak masyarakat adat.

Kampanye negatif semacam itu dinilai berpotensi mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar dan berdampak pada perekonomian nasional.

Pada pembukaan acara tersebut, Wakil Tetap RI di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib, menyampaikan bahwa berbagai fakta menunjukkan adanya berbagai tekanan terhadap produk sawit di Eropa. Tekanan berasal dari berbagai negara maju dan aturan tarif dan nontarif yang ditetapkan oleh pemerintah pengguna sawit.

Beberapa pembicara, khususnya yang berasal dari negara ekonomi kecil, mengungkapkan bahwa perkembangan industri sawit telah mengubah kondisi ekonomi di negaranya ke dalam tatanan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

"Program pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, peningkatan pendapatan telah banyak didukung oleh industri sawit. Di dalam perkembangannya, industri sawit ini telah melibatkan para pelaku berskala kecil," ujar Dubes Hasan Kleib.

Margot Logman dari Aliansi Minyak Sawit Eropa (European Palm Oil Alliance/EPOA) juga memberikan informasi yang seimbang dalam perspektif kelapa sawit yang berkelanjutan di kawasan Eropa, khususnya dari sisi pelaku konsumen, untuk mengatasi tantangan terhadap isu lingkungan dan sosial terkait dengan penggundulan dan degradasi hutan.

"Minyak kelapa sawit menafkahi banyak orang di dunia, sehingga negara maju harus membantu negara-negara produsen untuk membuat minyak sawit lestari," ujar dia.

EPOA mengakui bahwa produksi kelapa sawit memainkan peran yang penting di dalam kegiatan ekonomi negara-negara produsen dan telah berperan secara langsung maupun tidak langsung untuk membantu masyarakat keluar dari kemiskinan di negara-negara tersebut.

Selanjutnya, negara-negara produsen kelapa sawit akan terus melanjutkan kerja sama mereka dengan sejumlah para pemangku kepentingan di Jenewa, Swiss serta di Brussels, Belgia, untuk memastikan bahwa setiap peraturan yang berlaku harus bersifat adil dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam fora multilateral. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: