Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Glodok dan Ritel Tutup, Jokowi: Salahnya Enggak Ikutin Zaman

Glodok dan Ritel Tutup, Jokowi: Salahnya Enggak Ikutin Zaman Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam pembukaan Rakernas KADIN, Jokowi menyinggung berbagai kalangan yang menyebut daya beli masyarakat Indonesia menurun.

"Saya berikan angka. Coba saya ambil dari shifting dari offline ke online. Banyak orang yang ke situ. Kalau ada toko tutup ya karena ini. Salahnya nggak ikuti jaman," ungkap Presiden di Jakarta, Selasa (3/10/2017).

Jokowi mengungkapkan angka jasa kurir naik 130 persen pada akhir September ini.

"Angka ini didapat dari mana? Ya kita cek. JNE cek, kantor pos cek. Saya kan juga orang lapangan," katanya.

Presiden menegaskan bahwa angka-angka tersebut ia sampaikan agar tidak menjadi isu politik, karena kurang setahun lagi ada pemilu dan Pilpres di 2019.

"Angka seperti ini kalau tidak disampaikan, isunya hanya daya beli turun. Saya liatin siapa yang ngomong, politik...oh nggak apa. Kalau pengusaha murni saya ajak ngomong. Kalau orang politik kan emang tugasnya itu, membuat isu-isu untuk 2019. Sudah kita blak-blakan saja," kata Jokowi.

Presiden mengaku banyak toko yang tutup, namun sewa gudang meningkat, jasa perusahaan di bidang sewa gudang meningkat 14,7 persen.

"Ada shifting dari offline ke online. Sama ini, di China juga sama. Kalau kita ngitungnya dari online yang gede-gede. Misalnya bukalapak, blibli, nggak muncul. Karena orang jualan lewat instagram, facebook. Ini angka yang tidak bisa dilacak dengan baik. Lacaknya dari mana? Jasa kurir," jelasnya.

Presiden juga menunjukkan angka pajak pertambahan nilai (PPN) yang naik 12,14 persen yang menunjukkan ada aktivitas ekonomi.

"Kalau nggak, itu naik dari mana. Kenapa nggak konfiden masih. Angka ini angka riil. Kalau nggak ada kegiatan ekonomi yang hasilkan nilai tambah, nggak mungkin muncul angka ini," tegasnya.

Presiden juga membeberkan angka pertumbuhan penerimaan pajak Industri naik 16,36% dibanding tahun lalu, perdagangan naik 18,7 persen, ekspor pertambangan ekspor sudah mulai merangkak dan naiknya 30,1 persen, pertanian 23 persen.

"Angka seperti ini gimana. Masa angka nggak percaya. konstruksi memang hanya 2,4 persen. Kenapa bisa turun? ya karena dulu kan saya sudah turunkan pajak final dari 5 persen menjadi 2,5 persen. Ya karena diturunkan saja," katanya. (ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: