Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gembar-Gembor Holding BUMN Terus Tekan Harga Saham PGN

Gembar-Gembor Holding BUMN Terus Tekan Harga Saham PGN Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rencana Pemerintah untuk membentuk perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali mencuat beberapa waktu terakhir. Bahkan, guna merealisasikan konsep holding BUMN pemerintah telah merilis sejumlah landasan hukum seperti Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas.

Dalam beleid tersebut, wacana holding sendiri akan menyasar banyak BUMN yang bergerak di sektor pertambangan, minyak dan gas bumi, perbankan, pangan, dan konstruksi.

Rencana tersebut pun memengaruhi harga saham beberapa BUMN yang tercatat di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satunya dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN.?

Jika dicermati, sepanjang tahun ini saja, harga saham PGN sudah mengalami penurunan sebesar 49,25 persen. Dimana pada awal tahun 2017 saham PGN ada di level Rp2.700 per saham, tetapi saat ini harga saham PGN sudah berada di Rp1.370 per saham.?

Analis Binaartha Parama Sekuritas, Reza Priyambada menilai jika memang gembar-gembor rencana pembentukan holding BUMN pertambangan membuat harga saham PGN mengalami penurunan yang cukup dalam.??

"Cerita PGAS itu sudah dari lama, dari mulai pembatasan harga jual gas ke industri itu kan tekan margin. Ditambah masalah holding, apakah dia atau pertagas yang menjadi holding-nya," ujar Reza ketika dihubungi di Jakarta, Senin (9/10/2017).?

Lebih lanjut Reza mengemukakan jika pelaku pasar masih menunggu siapakah yang akan menjadi holding BUMN pertambangan. Pasalnya, PGN bersaing dengan anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni PT Pertagas Niaga (Pertagas).?

"Jadi, apakah dia (PGN) atau Pertagas yang menjadi holding-nya itu akan berpengaruh kepada potensi dia mendapat kontrak. Kalau yang jadi holding Pertagas yang paling banyak peroleh kontrak Pertagas. Si PGAS, tergantung pertagas akan kasih kontrak apa enggak," terangnya.?

Sementara itu, terkait dengan harga saham PGN Reza mengungkapkan jika pelaku pasar masih menunggu kepastian terkait dengan holding BUMN. Apabila ada kenaikan di harga PGAS, Reza memandang hal itu hanya karena saat ini harga saham PGAS sudah terlalu rendah.?

"Sampai akhir tahun tren harga saham masih akan cenderung sideways. Kalaupun ada kenaikan itu bisa jadi gak bertahan lama. Karena memang belum ada berita yang confirm kinerjanya dia. Sekarang di Rp1.300-an naik ke Rp1.500-an itu karena teknikal rebound pasar memanfaatkan harga yang turun untuk masuk tapi belum ada hal yang positif masuk karena kinerja belum ada perbaikan," ucapnya.?

Sekadar informasi, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD50,28 juta pada 30 Juni 2017 atau turun 67 persen dibandingkan dengan USD152,45 pada 30 Juni 2016.

Kinerja itu diperoleh setelah perusahaan membukukan pendapatan neto sebesar USD1,41 miliar per 30 Juni 2017 atau turun 1,9 persen dibandingkan dengan USD1,43 miliar per 30 Juni 2016.

Pendapatan perusahaan diperoleh dari hasil kontribusi pendapatan distribusi gas bumi sebesar USD1,16 miliar dan penjualan minyak dan gas sebesar USD212 juta.

Reza menilai kalaupun PGN mengalami peningkatan kinerja itu tidak akan terlalu signifikan. Hal tersebut dikarenakan, hingga saat ini perseroan belum melakukan penambahan distribusi gas.?

"Kinerja akan segitu aja, apalagi harga gasnya juga dibatasi," tukasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: