Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Timur Tengah Bergejolak Bikin Harga Minyak Dunia Naik

Timur Tengah Bergejolak Bikin Harga Minyak Dunia Naik Kredit Foto: Reuters/Desmond Boylan
Warta Ekonomi, New York -

Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena gejolak di Timur Tengah mendukung pasar.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Jumat (13/10) bahwa dia telah memutuskan untuk menghapus sertifikasi kepatuhan Iran terhadap kesepakatan penting yang dicapai pada 2015.

"Saya mengumumkan hari ini bahwa kami tidak dapat dan tidak akan membuat sertifikasi ini," kata Trump di Gedung Putih saat ia meluncurkan sebuah strategi baru pemerintahannya terhadap Iran.

Para analis mengatakan kerusuhan di Timur Tengah dan kemungkinan tindakan AS terhadap kesepakatan nuklir Iran telah mendorong harga minyak naik, karena para pedagang khawatir ketegangan geopolitik dapat mengurangi ekspor minyak dari wilayah tersebut.

Di bagian data, jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak Amerika Serikat turun lima rig menjadi total 743 rig pada minggu ini, kata perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat (13/10).

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik 0,85 dolar AS menjadi menetap di 51,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, naik 0,92 dolar AS menjadi ditutup pada 57,17 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sehari sebelumnya (12/10), harga minyak diperdagangkan sedikit lebih rendah, setelah Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan prospek pasar yang "bearish".

Dalam laporan pasar minyak bulanannya, IEA yang berbasis di Paris mengatakan bahwa pihaknya terus melihat permintaan global untuk minyak mentah tumbuh 1,6 juta barel per hari (bpd) pada 2017, sebelum moderat menjadi 1,4 juta barel per hari pada 2018.

"Perkiraan pertumbuhan permintaan global kami tidak berubah pada 1,6 juta barel per hari pada 2017, atau 1,6 persen, dan 1,4 juta barel per hari pada 2018, atau 1,4 persen," kata laporan tersebut.

Namun penurunannya tertahan, karena para pedagang juga fokus terhadap data persediaan minyak AS.

Persediaan minyak mentah AS turun 2,7 juta barel pada pekan yang berakhir 6 Oktober menjadi 462,2 juta barel, 2,5 persen di bawah level setahun yang lalu, kata Badan Informasi Energi (EIA) dalam laporan mingguannya pada Kamis (12/10).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: