Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Faktor Cuaca, Harga Tembakau Ikut Melorot

Faktor Cuaca, Harga Tembakau Ikut Melorot Kredit Foto: Antara/Saiful Bahri
Warta Ekonomi, Tulungagung -

Harga tembakau kering rajangan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, rata-rata turun pada kisaran Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram untuk setiap jenis tembakau akibat cuaca buruk yang menyebabkan proses pengeringan alami tidak bisa optimal.

"Untuk jenis tembakau gula kering, misalnya dulu awal musim harga pada kisaran Rp60 ribu hingga Rp70 ribu per kg. Kini saat musim hujan turun sedikit di kisaran Rp55 ribu hingga Rp60 ribu/kg," kata petani sekaligus pelaku UKM tembakau di Desa Waung, Tulungagung, Kamis (19/10/2017).

Ada dua jenis tembakau yang sedang dijemur Sutikno hari itu. Selain jenis tembakau gula kering yang berwarna kuning kecoklatan, Sutikno juga mengolah tembakau jenis pilesan yang proses perajangan diawali dengan diinjak-injak secara tradisional menggunakan kaki untuk membuang cairan minyak yang terkandung pada daun tembakau.

Tembakau jenis terakhir ini diklaim memiliki mutu lebih baik dengan segmen pasar tersendiri yang harganya rata-rata lebih tinggi dibanding jenis tembakau gula kering, yakni di kisaran Rp60 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram.

"Kalau awal musim jenis pilesan ini harga antara Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kiogram. Semua turun karena memang pengeringan yang tidak optimal akan sangat berpengaruh terhadap mutu tembakau yang dihasilkan, warna jadinya dan rasa tidak sebagus saat cuaca cerah," kata Sutikno.

Dalam bisnis pertembakauan, kata Sutikno, setiap jenis tembakau olahan masih dibagi lagi ke beberapa golongan berdasar standar mutu yang dihasilkan, yakni mutu A, B, C dan D.?Tembakau mutu A biasanya dihasilkan jika proses penanaman hingga panen, lanjut proses perajangan dan pengeringan dilakukan secara baik dan dalam kondisi cuaca cerah sehingga nilai rendemen tinggi.

"Kalau tembakau kena hujan, perajangan kurang baik, atau pengeringan tidak optimal mutu bisa turun menjadi B, C atau bahkan hingga terjelek mutu D. Dalam bisnis tembakau, banyak faktor yang mempengaruhi," ujarnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: