Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belum Masuk Musim Hujan, Petani NTT Jangan Tanam Dulu

Belum Masuk Musim Hujan, Petani NTT Jangan Tanam Dulu Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Kupang -

Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas II Lasiana Kupang, Apolinaris Geru mengingatkan para petani NTT agar tidak gegabah mengambil keputusan untuk menanam lahan kering atau lahan tadah hujan yang telah disiapkan karena belum memasuki musim hujan.

"Hujan yang terjadi di beberapa tempat dalam dua hingga tiga hari belakangan ini sifatnya lokalan akibat pembelokan angin dan berpeluang terjadinya pertumbuhan awan yang menyebabkan terjadinya hujan," katanya melalui WhatsApp BMKG di Kupang, Minggu.

Bukan cuma itu, menurut dia hujan sporadis itu juga dikarenakan suhu muka laut di perairan sekitar NTT yang hangat.

Sehingga menurut dia, lebih banyak mensuplai uap air ke atmosfer untuk selanjutnya terbentuk awan dan hujan.

"Kami imbau petani di daerah ini untuk mewaspadai " 'false rain' atau hujan tipuan yang terjadi di awal masuknya musim penghujan tapi secara klimatologis masih belum masuk musim hujan," katanya.

Jadi hujan yang terjadi beberapa hari terakhir ini belum stabil karena belum memenuhi kriteria awal musim hujan.

Artinya kata dia jangan sampai masyarakat menganggap bahwa saat ini sudah masuk musim penghujan dan bisa mulai menanam.

"Secara klimatologi saat ini belum masuk musim penghujan dan masih dalam masa transisi," katanya.

Dia mengimbau masyarakat petani lahan tadah hujan/tegalan/ lahan kering di Pulau Timor agar tidak langsung mengambil sikap untuk menanam karena akan berisiko gagal tanam akibat dry spell pada beberapa minggu mendatang.

"Jangan dulu tanam karena saat ini belum masuk musim penghujan," imbaunya.

Pengamat Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr Ir Leta Rafael Levis, M.Rur.Mnt, mengatakan hujan yang mengguyur Kota Kupang Senin, siang itu merupakan dampak dari penguapan dan Osilasi Madden Julian (OMJ).

OMJ itu merupakan gelombang yang terjadi pada lapisan atmosfer di kawasan tropis dengan durasi 30-90 hari dan akan bergerak ke arah Timur dengan kecepatan rata-rata 5 meter per detik.

Ia mengatakan OMJ ini biasanya datang ditandai oleh adanya awan-awan berskala super yang bergerak ke arah Timur dari Samudera Hindia, karena daratan pertama yang disentuh oleh osilasi di Indonesia adalah Sumatera lalu menuju kawasan Timur termasuk NTT. (ANT)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Gito Adiputro Wiratno

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: