Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produksi Pangan Terancam, Pemuda Ditantang Berinovasi

Produksi Pangan Terancam, Pemuda Ditantang Berinovasi Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sistem pangan dunia menghadapi berbagai tantangan yang tidak terprediksi sebelumnya. Pada tahun 2050, populasi global diperkirakan mencapai sekitar 9,8 miliar. Pertumbuhan populasi dan konsumsi yang terus meningkat menyebabkan kenaikan kebutuhan pangan yang signifikan.

Namun, perubahan populasi iklim dan kebutuhan pasar belum dibarengi praktik sistem pangan yang berkelanjutan sehingga berkontribusi pada beban ganda malnutrisi dan memicu munculnya penyakit menular. Jika sistem pangan tidak diubah sekarang juga, pemuda akan mengalami tantangan yang lebih berat terutama dalam menjamin ketahanan pangan di masa depan.

Demikian rangkuman dalam gelaran Forum for Young Indonesians (FYI) dengan tema "Our Food, Our Future" di Hall Usmar Ismail Kuningan di Jakarta, kemarin (22/10/2017). Forum ini menghadirkan Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri, serta Tokoh Ekonomi dan Lingkungan Emil Salim.

Pendiri Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) Diah S Saminarsih mengatakan keterlibatan pemuda sangat penting dalam dimensi pembangunan. Dari 255 juta penduduk Indonesia, 62 juta di antaranya adalah pemuda. Jadi, 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah kaum muda.

"Energi dan kekuatan 62 juta orang ini bisa membawa Indonesia mencapai target pembangunan berkelanjutan. Tapi, ada syaratnya, yakni 62 juta orang ini semuanya harus berkualitas," kata Diah.

Ia menambahkan bahwa pada tahun 2020 hingga 2035 Indonesia akan menikmati suatu era langka yang disebut bonus demografi di mana jumlah usia produktif diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah. Oleh karena itu, perlu dipastikan pemuda Indonesia berkualitas tinggi dan aktif sebagai pelaku pembangunan bukan sekadar menjadi objek.

Sementara itu, Ketua FYI dan Direktur Program CISDI Anindita Sitepu menambahkan, isu ketahanan pangan dilihat sebagai pintu masuk yang sangat tepat karena merupakan salah satu cerminan pencapaian pembangunan berkelanjutan.

"Pemuda dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi adalah penggagas dan inovator unggul yang berpotensi menciptakan disruptif positif. Namun, mereka tentu perlu didukung lingkungan yang kondusif serta kesempatan dan akses untuk berkarya dan mengembangkan diri, "?ungkap Anindita.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: