Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emil Salim Ajak Generasi Milenial Kembangkan Pertanian RI

Emil Salim Ajak Generasi Milenial Kembangkan Pertanian RI Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar Ekonomi dan Lingkungan Emil Salim mengajak kalangan generasi milenial atau usia 35 tahun ke bawah untuk mengembangkan sektor pertanian guna menaikkan kebutuhan pangan secara signifikan di masa depan.

"Anak muda itu ingin menggunakan cara bertani yang lebih cerdas. Kita menghadapi generasi milenial yang tahu menggunakan komputer. Maka, cara pendekatan pertanian tidak lagi konvensional, melainkan modern," kata Emil saat menghadiri Forum For Youth Indonesians? (FYI) dengan tema "Our Food, Our Future" di Hall Usmar Ismail Kuningan di Jakarta, kemarin (22/10/2017).

Keunggulan generasi muda yang menguasai teknologi dan menciptakan inovasi, kata Emil, bisa dijadikan peluang besar untuk menggenjot peningkatan produksi pangan. "Dengan pendekatan teknologi yang menjadi kegemaran anak muda, menjadi daya tarik generasi melenial ini untuk berkontribusi di sektor pertanian," tegasnya.

Menurutnya, pemuda merupakan pembaharu dan masa depan. Untuk itu, berbekal inisiatif yang lebih kuat dengan dukungan perkembangan teknologi, pemuda perlu mengembangkan kemampuan, kapasitas, ilmu dan terus belajar, kemudian mencari kesempatan untuk bertumbuh lebih maju dengan tidak melupakan hati nurani.

Menurutnya, keterbatasan petani saat ini dalam menggunakan dan menguasai ilmu teknologi merupakan penyebab pendapatan petani tidak sebanding dengan kebutuhan hidupnya. "Pendapatan yang rendah ini yang membuat anak petani enggan mengikuti jejak orang tuanya menjadi petani, yang menyebabkan arus urbanisasi pindah ke kota," katanya.

Sementara itu, Ketua Mitra Pelaksana FYI Sari Soegondo menambahkan, jumlah petani Indonesia terus mengalami penyusutan. Dalam satu dekade (2003-2013) berkurang sebanyak 5 juta orang.

"Bahkan, sebuah studi mengungkapkan hanya 50% responden yang mengatakan ingin anaknya menjadi petani. Hal ini mengakibatkan sulitnya ditemui petani muda dan hanya mereka yang berusia di atas 45 tahun yang masih bertanam secara produktif di sawah atau ladang," tambahnya.

Ia pun dapat memahami minat pemuda untuk berkiprah sebagai petani makin menurun. Hal tersebut tidak lain karena penghasilannya yang rendah sehingga profesi ini tidak dianggap bergengsi dan menjanjikan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: