Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jual Saham ke Publik, PP Presisi Tawarkan Harga Rp430 Hingga Rp550 per Saham

Jual Saham ke Publik, PP Presisi Tawarkan Harga Rp430 Hingga Rp550 per Saham Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT PP Presisi Tbk (PP Presisi), perusahaan konstruksi spesialis berbasis peralatan berat yang merupakan entitas anak PT PP (Persero) Tbk (PTPP) berencana untuk masuk ke pasar modal melalui pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).?

PP Presisi berencana untuk menawarkan sebanyak-banyaknya 4.239.300.000 lembar saham (semua saham baru) dengan nilai nominal Rp100 per lembar saham atau sebanyak-banyaknya 35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO. Harga yang ditawarkan perseroan sebesar Rp430 hingga Rp550 per saham sehingga dana segar yang akan diperoleh perseroan dari aksi ini mencapai sebesar Rp1,82 triliun hingga Rp2,33 triliun.?

Presiden Direktur PP Presisi mengungkapkan bahwa dana dari hasil lPO akan digunakan perseroan untuk Belanja modal khususnya penambahan peralatan dan pembelian lahan untuk workshop dan lahan quarry baru sekitar 70 persen. Sementara 30 persen sisanya untuk modal kerja dalam mendapatkan dan menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur.?

"Melalui lPO, Perseroan berupaya untuk dapat menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan dengan meningkatkan kualitas operasi bisnis yang berbasis nilai tambah, inovasi secara kontinu serta penegakan praktik tata kelola Perusahaan yang baik (good corporate governance). PP Presisi berkomitmen untuk meningkatkan nilai pemegang saham (shareholder value) dan nilai pemangku kepentingan (stakeholder value) dalam ruang lingkup yang lebh luas," ujar lswanto, di Jakarta, Senin (23/10/2017).

Dalam aksi ini, Perseroan menunjuk PT Bahana Sekuritas, PT CiMB Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Adapun, masa penawaran akan dilaksanakan mulai hari ini hingga 31 Oktober 2017. Kemudian, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat dikantongi pda 9 November 2017. Lalu, tercatat di papan perdagangan BEI pada 20 November 2017.?

PP Presisi mengawali langkahnya di dunia konstruksi lndonesia dengan bisnis penyewaan alat berat. Seiring dengan transformasi usaha Perseroan yang dimulai pada 2014. Saat ini portofolio bisnis PP Presisi telah berkembang menjadi 5 (lima) lini, yaitu pekerjaan sipil, form work (bekisting), fondasi (bored pile), ready mix, dan penyewaan alat berat. Selain itu, PP Presisi juga memiliki 1 (satu) entitas anak, yaitu PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA) yang bergerak khususnya di pekerjaan sipil.

"Dengan model bisnis kontraktor spesialis yang berbasis peralatan berat, Perseroan berusaha untuk memperkuat positioning di dalam pasar konstruksi nasional," ujar lswanto Amperawan.?

Untuk mengejar pertumbuhan usaha yang berkelanjutan, Perseroan beserta entitas anak juga secara kontinu berinvestasi dalam pengembangan armada peralatan berat per 31 Juli 2017. Total armada peralatan berat Perseroan telah mencapai 1.594 unit yang terdiri dari mobile fleet sebanyak 1.461 unit dan nonmobile (fixed) fleet sebanyak 133 unit. Sebagai perbandingan, total armada peralatan berat yang dimilki oleh Perseroan pada tahun 2014 adalah sebesar 256 unit yang terdiri dari mobile fleet dan fixed fleet masing-masing sebesar 148 unit dan 108 unit?

"Platform bisnis yang solid yang didukung oleh skala armada yang besar dan tumbuh dengan signifikan ini memungkinkan terciptanya opportunity yang sangat besar bagi PP Presisi untuk berkontribusi lebih banyak lagi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia pada umumnya serta menawarkan layanan jasa konstruksi yang terintegrasi bagi calon konsumen pada khususnya," lanjut Iswanto Amperawan.?

Selama 7 bulan tahun 2017, PP Presisi beserta entitas anak telah berhasl mengantongi kontrak baru sebesar Rp2,5 Triliun. Dengan demikian, total order book yang dimiliki oleh Perseroan per 31 Juli 2017 mencapai Rp7,4 Triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: