Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OJK: Risiko Kredit Menurun di September 2017

OJK: Risiko Kredit Menurun di September 2017 Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan risiko penyaluran kredit mengalami penurunan di September 2017. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross yang tercatat membaik menjadi 2,93%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2017 yang mencapai 3,05%. Kemudian rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga terus membaik menjadi 3,18% dibandingkan Agustus yang mencapai 3,31%.

"Ke depan, OJK melihat proses pemulihan ekonomi global semakin solid dan akan berdampak positif pada kinerja perkononomian domestik dan sektor jasa keuangan Indonesia. Seiring dengan tren penurunan suku bunga, OJK juga melihat masih terdapat ruang bagi sektor jasa keuangan untuk lebih berkontribusi dalam memacu pertumbuhan ekonomi domestik dengan mengakselerasi penyaluran dana," ujar Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo di Jakarta, Kamis (26/10/2017).

Dijelaskannya, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan berada pada level yang moderat. Kredit perbankan September 2017 tumbuh sebesar 7,86% (yoy) sementara Agustus 2017 8,26% (yoy) dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 8,16% (yoy), sedangkan Agustus 2017 9,13% (yoy).

Dari sisi penghimpunan dana, kinerja penghimpunan dana LJK cukup solid. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan per Agustus 2017 tumbuh sebesar 11,69% (yoy), sedangkan bulan lalu 9,60% (yoy).

"Sementara itu, pertumbuhan premi asuransi jiwa tercatat meningkat menjadi 37,8% (yoy), Agustus 36,5% (yoy) serta pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi juga meningkat menjadi 4,35% (yoy), Agustus 2,03% (yoy)," kata Anto.

Dari sisi pasar modal, pada periode Januari-September 2017 terdapat 118 emiten (Jan-Sep 2016: 87 emiten) yang melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal dengan nilai sebesar Rp182,2 triliun atau meningkat sebesar 32,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Dari 118 emiten yang melakukan penghimpunan dana tersebut, terdapat 29 emiten baru sehingga target 21 emiten baru di 2017 telah tercapai.?

Di tengah terjadinya nett sell nonresiden sebesar Rp11,2 triliun, IHSG masih meningkat sebesar 0,6% mtm (Agustus: 0,4% mtm) ditopang oleh investor domestik. Sementara itu, investor nonresiden masih mencatatkan nett buy di pasar SBN sebesar Rp34,2triliun (ytm: nett buy Rp153,5triliun). Hal ini mendorong yield SBN tenor jangka pendek, menengah, dan panjang masing-masing turun sebesar 15,1 bps, 14,6 bps, dan 24,8bps.

"OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan terus membaik didorong oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi Advanced Economies (AE) khususnya Eropa dan AS," tandasnya.

Seiring dengan penguatan ekonomi AS tersebut, The Fed diekspektasikan akan menaikkan Federal Fund Rate (FFR) pada Desember 2017. The Fed juga telah memulai program normalisasi balance sheet-nya pada Oktober 2017.?

Sementara itu, pertumbuhan domestik diekspektasikan meningkat di semester kedua 2017 dengan tingkat inflasi yang terjaga. Selain itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakannya berturut-turut pada Agustus dan September 2017.

"OJK masih terus mencermati perkembangan risiko pasar seiring dengan pelaksanaan normalisasi kebijakan moneter di AS dan Eropa," tutup Anto.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: