Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengusaha Sepatu Ini Beromzet Rp200 Juta Per Bulan

Pengusaha Sepatu Ini Beromzet Rp200 Juta Per Bulan Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berawal dari memulai bisnis handmade berupa aksesoris dan berbagai perhiasan wanita, ketiga sahabat ini mulai mengembangkan usahanya tersebut dengan memproduksi sepatu dan tas. Siapa sangka, kini omzetnya mencapai Rp200 juta per bulan.?

"Awalnya itu kita membuat handmade perhiasan seperti batu-batu. Kemudian kita tertarik dengan sepatu, dan pada saat itu barulah? kita rekrut pegawai, seiring berkembangnya banyak permintaan," ungkap Dita, sapaan akrab Yudita Setiadi.?

Dita tidak sendiri dalam berbisnis sepatu. Bersama 2 orang sahabatnya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sofie Agustine (39) dan Dina Study (39), Dita berhasil membuktikan kekompakkannya melalui bisnis yang mereka jalankan sejak 5 tahun yang lalu.?

Sepatu yang diproduksi Dita bersama 2 sahabatnya, yang mereka beri merk DAT tersebut, awalnya hanya bermotif batik. Namun, seiring berkembangnya persaingan dan banyaknya permintaan untuk motif selain batik, DAT pun mulai memproduksi sepatu-sepatu dengan motif dan jenis yang lebih variatif dan modern. "Akhirnya, kita tidak hanya main di batik saja, tapi kita juga ada tenun, kemudian ada juga goni, kemudian ada juga yang pakai kain-kain dari daerah," jelas Dita kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu.?

Dengan motif dan model yang lebih modern, market DAT pun semakin luas. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, semua diproduksinya. Ada juga yang khusus yang perkantoran yang bentuknya menggunakan kulit, dan ini sudah banyak yang pakai. Harga produk DAT pun sangat terjangkau, mulai dari Rp165 ribu hingga Rp350 ribu. "Jadi, sepatunya itu ada kasual, ada boot, kemudian ada heels, kemudian ada juga yang buat kantoran harian. Dan macam-macam deh, kita bikin banyak varian," jelas Dita.?

Dalam memproduksi sepatu, Dita dan partner merekrut tenaga ahli dari Tasikmalaya, yang kemudian mereka berikan pengetahuan tambahan tentang bagaimana menjadi tim kerja yang baik. Bahkan, Dita dan partner berharap?agar suatu saat nanti, pekerjanya akan bisa mandiri dan menjadi wirausaha juga.?

"Karena dulu kalau di Tasik, hanya nunggu pekerjaannya itu, sehari misalkan bisa menghasilkan beberapa. Tapi, kalau sekarang kan kita dikejar harus bisa produksi berapa, jadi kita lebih fokus ke tukang kita supaya lebih pintar. Karena kita sebenarnya UKM, tapi kita pengen tukang kita itu nanti kalau pintar, bisa jadi wirausaha lagi, jadi tidak ikut kita terus. Dan itu adalah cita-cita kita," harap Dita.?

Untuk mewujudkan hal itu, Dita mengaku tidak akan membiarkan para pekerjanya yang berasal dari Tasikmalaya dan daerah mana pun untuk membawa budaya kerjanya sendiri. Akan tetapi, Dita berharap, pekerjanya bisa mengikuti budaya kerja yang baik. Dengan begitu kelak bisa menjadi wirausaha seperti dirinya. Karena bagi Dita, kesuksesan tidak bisa diraih dengan cara biasa, akan tetapi perlu terus belajar dan memperbaiki kualitas.?

Semangat, keseriusan, dan kerja keras ketiga sahabat itu pun terbukti membuahkan hasil. Permintaan akan produk DAT pun terus meningkat setiap harinya. "Sepatu itu banyak yang pesan sama sepatu yang berpasangan dengan tas? jadi satu paket, akhirnya kita juga masuk ke tas," ungkap Dita.

Untuk memasarkan produk, DAT memaksimalkan peran media sosial, website, dan masuk ke dalam mal-mal besar, seperti Pasar Raya, AEON, dan juga Smesco yang merupakan rumah UKM milik Pemerintah untuk memgembangkan para UKM Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: