Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bandara Kertajati Diprediksi Atasi Ketimpangan Ekonomi Jawa Barat

Bandara Kertajati Diprediksi Atasi Ketimpangan Ekonomi Jawa Barat Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Bandung -

Sekretaris Perusahaan PT Bandara Internasional Jawa Barat (PT BIJB) Wasfan W Widodo mengatakan kehadiran BIJB yang berada di kawasan Kertajati, Kabupaten Majalengka diprediksi akan mengatasi ketimpangan ekonomi di Jawa Barat, khususnya wilayah utara.

"Justru keberadaan BIJB menjadi penyeimbang pertumbuhan ekonomi di sana. Diharapkan pertumbuhan ekonomi di wilayah utara akan bangkit. Kalau barat lebih cepat berkembang karena memang berdekatan dengan ibu kota, itu sudah menjadi konsekuensi logis," kata Wasfan dalam siaran pers Biro Humas dan Protokol Setda Jawa Barat, Sabtu (11/11/2017).

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, khususnya di kawasan Kabupaten Majalengka, akan tumbuh pesat pada masa yang akan datang. Hal ini, kata dia, tidak lepas dari hadirnya Bandara Kertajati yang akan menjadi bandara kebanggaan warga Jawa Barat yang akan diresmikan 2018 mendatang.

Wasfan mengatakan, bandara dengan segala akses pendukungnya harus bisa ditangkap peluangnya oleh masyarakat sekitar untuk meningkatkan perekonomian di kawasan utara Jawa Barat.

Sekadar diketahui, kawasan Aerocity, Tol Cipali dan yang akan segera beroperasi Tol Cisumdawu, serta infrastruktur transportasi massal seperti kereta api yang terintegrasi mempertegas bahwa pemerataan ekonomi sudah mulai bergerak ke sana.

Penyerapan tenaga kerja oleh BIJB dalam jumlah besar akan terjadi di mana 150 ribu sampai 400 ribu akan tersedot dan sebagai kompensasi warga sekitar juga pasti akan terasa.

"Masyarakat harus tangkap peluang dengan hadirnya BIJB. Karena perubahan itu seharusnya bukan menjadi ancaman tapi peluang yang harus dihadirkan," lanjut Wasfan.

Dia mengharapkan, pemerintah setempat untuk bisa menginventarisir potensi-potensi yang akan tumbuh kembang di kawasan sana. Majalengka dengan segala potensi yang dimiliki, misalnya dari sektor pariwisata bisa diciptakan masyarakatnya sendiri agar ke depannya warga sana tidak menjadi 'asing di rumahnya sendiri'.

Menurut dia, sebagai bandara yang diprediksi akan menyedot 2,7 juta orang ditahun pertama beroperasi, mobilitas manusia akan terjadi karena menjadi tempat persinggahan.

"Kesadaran itu harus ada proses perpindahan pola pikir. Itu bisa dilakukan untuk melakukan kehadiran pemanfaatan bandara. Kalau cara yang paling kecil bikin toko, kontrakan, hotel. Ini sangat positif," kata dia.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Acuviarta Kartabi melanjutkan, ketimpangan pertumbuhan ekonomi untuk kawasan utara dan barat akan teratasi dengan kehadiran BIJB. Pasalnya sejauh ini pertumbuhan ekonomi di Majalengka cenderung lambat dimana IPM hanya bergerak diangka sekitar 64,55.

Pergerakan ekonomi yang agresif condong ke barat dan kawasan Bandung Raya dan jika Pemda setempat jeli, bisa saja pertumbuhan ekonomi disana melampui target. "Jadi saya kira dari sisi keberadaan BIJB banyak positifnya. Bukan Majalengka saja, tapi Jawa Barat secara keseluruhan dimana akhirnya punya bandara yang representatif," ujar Acuviarta.

Dia bahkan meyakini di lima tahun pertama beroperasi laju pertumbuhan ekonomi di sana akan naik satu sampai 1,5 persen. Ini melihat dari peluang yang ada melalui hadirnya penyerapan tenaga kerja, investor, dan serapan konsumsi sehingga untuk jangka panjang ekonomi di Majalengka akan naik lebih dari dua persen.?

"Masyarakat enggak usah khawatir. Orang datang ke BIJB itu potensi. Karena pengembangan kawasan sangat masif," lanjutnya.

Dia menambahkan, ketika satu kawasan menjadi persinggahan, sektor jasa akan berkembang, salah satunya hotel. Tapi, memang tidak akan optimal jika tidak ada daya tarik yang disuguhkan. Masyarakat di sini bisa menciptakan untuk menjadikan suatu yang menguntungkan.

PT BIJB yang bertanggung jawab dengan pembangunan bandara serta kawasan aerocity menurutnya tidak bisa bekerja sendiri. Instrumen lain harus bergerak salah satunya pemerintah untuk bisa memberdayakan masyarakat setempat?sehingga potensi BIJB dengan segala keunggulannya akan maksimal.

"Tentu kita harus siapkan. Keraguan masyarakat yang katanya cuma akan sebagai penonton harus diyakinkan. Bukan hanya BIJB tapi pemerintah kabupaten/kota mempersiapkan. Kalau semua fokus pada BIJB ga akan selesai problemnya. Toh dampak ekonomi luas. Masalah masyarakat harus diatur. Percaya deh jadi yang selama ini pemerintah disebut ganti rugi bukan itu. Tapi menjadi ganti untung," imbuh Acuviarta yang merupakan anggota ISEI ini. (FNH/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: