Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sambal Bebek Hajah Lina Selalu Ludes di Pasar Internasional

Sambal Bebek Hajah Lina Selalu Ludes di Pasar Internasional Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bermula dari menjalankan usaha warungan bebek goreng di tahun 2010, Lina S Rahmania (54) mengaku warung bebeknya menjadi favorit banyak orang karena rasanya yang khas. Namun, selayaknya usaha warungan, Lina masih belum konsisten menjalankan usahanya. Warung bebek goreng Lina tidak buka setiap hari. Terkadang ia menutup dan membuka warungnya sesuai kehendak. Padahal, saat itu bebek goreng dan sambalnya menjadi kuliner primadona di kalangan pasar Sandra Jakarta.

Seiring berjalannya waktu, wanita kelahiran 15 Agustus 1963 itu pun menyadari bahwa dalam menjalankan usaha, akan selalu ada masalah yang dijumpai. Salah satunya adalah persoalan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kerap dialami Lina. Ia pun mengaku kesulitan dalam pengelolaan SDM. Namun, Lina terus berusaha agar usahanya tetap berjalan dan berkembang dengan memperbaiki kualitas pengelolaannya.

Akhirnya, dengan respons pasar yang sangat positif terhadap produk bebek goreng yang diproduksinya, khususnya sambalnya yang khas, Lina pun mulai berpikir untuk fokus pada produksi sambalnya. "Saya akhirnya membuat sambal kemasan. Sebenarnya, itu tantangan juga soalnya konsumen saya yang selalu pesan bebek itu mintanya di bungkusin sambal. Ada yang minta cuma sambalnya aja. Kemudian, dari situ saya berpikir kenapa tidak buat sambalnya untuk dikemas," ungkap Lina kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu.

Sejak 2015, Lina memulai bisnis sambal kemasan yang menjadi favorit para pelanggannya tersebut. Ia juga langsung menyeriuskan bisnisnya dengan segera mengurus izin dan legalitas produk. Tidak lama, produk sambal kemasannya pun beredar dan mendapatkan respons yang positif pula dari pasar.

Sambal yang diproduksi Lina?terdiri dari 8 varian, yaitu sambal extra pedas, original, tuna, sambal bebek, sambal pete jengkol, sambal tri jengkol, dan yang terbaru adalah sambal kecombrang. Per kemasan, Lina membanderol sambalnya dengan harga Rp30.000 sampai Rp50.000.

Meskipun sudah tergolong berhasil dengan bisnis sambal kemasannya, Lina juga masih terus memproduksi bebek goreng. Namun, kali ini Lina membuat bebek gorengnya berbeda dari biasanya. Ia menjual bebek dalam bentuk kemasan (frozen) siap goreng yang dijualnya dengan harga Rp125.000 per ekor. Selain itu, karena banyaknya permintaan konsumen, belum lama ini Lina juga kembali membuka warung bebek goreng. Tidak hanya bebek yang kini dijualnya, tetapi burung puyuh dan juga ayam kampung ia produksi.

"Sebetulnya,?background saya farmasi. Cuma kalau saya lihat dari sekian bisnis itu, kayaknya kuliner yang paling bertahan karena orang-orang perlu makan. Kalau pakaian enggak terlalu, tapi kalau kuliner pasti orang butuh. Dan sekarang itu banyak sekali ibu-ibu muda yang sudah rada malas masak ke dapur. Sekarang carinya yang praktis seperti siap goreng atau masukin ke microwave. Kemudian, kenapa saya harus bebek?? Karena bebek itu susah masaknya dan enggak semua orang bisa masak dan kebetulan keluarga saya bisa masak bebek. Nah, dari situ alasan saya kenapa harus bebek," ungkap Lina tentang alasannya memilih bisnis kuliner bebek.?

Hingga akhirnya, bisnis sambal kemasan dan bebek frozen Lina pun terus berkembang. Hal tersebut diakui Lina karena dirinya yang selalu aktif untuk belajar, memperbaiki kualitas produk dan pengelolaan bisnisnya, dan rajin mengikuti pameran-pameran UKM. Tidak hanya pameran di Indonesia, sambal kemasan Lina dengan brand?'Sanrah Food' tersebut sudah menjajaki berbagai negara, seperti Cina, Rusia, Hongkong, dan Meksiko. Bahkan, setiap kali pameran di luar negeri, sambal produksinya selalu ludes terjual.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: