Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri Energi UAE: Anggota Non-OPEC Berhasrat Ingin Jadi Anggota Tetap

Menteri Energi UAE: Anggota Non-OPEC Berhasrat Ingin Jadi Anggota Tetap Kredit Foto: Reuters/Ramzi Boudina/File Photo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazroui mengatakan pada hari Selasa bahwa ada sebuah "kepastian" serta nafsu bagi anggota non-OPEC untuk bergabung dengan 14 anggota di dalamnya.

Ketika ditanya apakah negara-negara non-OPEC yang saat ini mematuhi pemotongan pasokan global pada akhirnya bisa menjadi anggota resmi kelompok tersebut, al-Mazroui menjawab: "Sudah pasti ada kemauan dan keinginan untuk memperluas OPEC."

"Sulit untuk mencoba menyeimbangkan pasar saja dan oleh karena itu saya pikir ada alasan bagi kelompok ini untuk tetap bersama, dan bahkan mungkin meluas," ungkapnya di Konferensi Pameran Perminyakan Internasional Abu Dhabi atau Abu Dhabi International Petroleum Exhibition Conference (ADIPEC), sebagaimana dikutip dari CNBC, Rabu (15/11/2017).

Anggota OPEC dilaporkan membentuk sebuah konsensus seputar perpanjangan sembilan bulan terakit dengan kesepakatan pemotongan produksi mereka dengan eksportir minyak mentah lainnya. Hal tersebut akan memperpanjang kesepakatan antara OPEC, Rusia dan sembilan negara penghasil minyak lainnya untuk menjaga 1,8 juta barel per hari di pasar sepanjang tahun depan.

Eksportir mencapai kesepakatan Desember lalu dan telah memperpanjang kesepakatannya sampai Maret 2018. Pada ADIPEC pada hari Senin, Sekjen OPEC Mohammed Barkindo memuji kepatuhan negara-negara OPEC dan non-OPEC terhadap kesepakatan pemotongan pasokan global.

Dirinya juga mengatakan bahwa dia memperkirakan ke 24 negara anggota OPEC dan non-OPEC berpartisipasi dalam pertemuan kartel yang akan datang. OPEC dan produsen non-OPEC lainnya bersiap untuk bertemu pada 30 November di Wina, Austria, untuk memutuskan kebijakan produksi minyak.

Harga minyak turun dari mendekati $120 per barel pada bulan Juni 2014 karena melemahnya permintaan, dolar yang kuat dan produksi serpih A.S. yang melonjak. Keengganan OPEC untuk memotong output juga dipandang sebagai alasan utama di balik jatuhnya. Tapi, kartel minyak segera bergerak untuk mengekang produksi bersama dengan negara penghasil minyak lainnya pada akhir 2016.

Minyak mentah Brent diperdagangkan pada kisaran $62,95 per barel pada Selasa pagi, turun 0,33 persen, sementara minyak mentah A.S. sekitar $56,58 per barel, naik 0,32 persen.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: