Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lagi dan Lagi, AS Jatuhkan Sanksi ke 13 Perusahaan Korea Utara dan China

Lagi dan Lagi, AS Jatuhkan Sanksi ke 13 Perusahaan Korea Utara dan China Kredit Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Warta Ekonomi, Jakarta -

Amerika Serikat pada hari Selasa memberlakukan sanksi terhadap 13 perusahaan China dan Korea Utara yang dituduh membantu mencegah pembatasan nuklir terhadap Pyongyang dan mendukung negara tersebut melalui perdagangan.

Departemen Keuangan A.S. mengumumkan tindakan tersebut, satu hari setelah Presiden Donald Trump menempatkan Korea Utara kembali ke daftar sponsor negara mengenai terorisme, di situsnya.

Sanksi baru tersebut menunjukkan fokus administrasi Trump untuk merusak perdagangan antara China dan Korea Utara, yang telah dikatakannya adalah kunci untuk menekan Pyongyang agar mundur dari ambisinya untuk mengembangkan rudal berujung nuklir yang mampu memukul Amerika Serikat.

"Penunjukan ini akan menjatuhkan sanksi dan hukuman lebih lanjut kepada Korea Utara dan orang-orang terkait dan mendukung kampanye tekanan maksimum kami untuk mengisolasi rezim kejam tersebut," ungkap Menteri Keuangan Steven T. Mnuchin, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (22/11/2017).

Sanksi tersebut termasuk membuat daftar hitam dari tiga perusahaan China, Dandong Kehua Economy & Trade Co, Dandong Xianghe Trading Co, dan Dandong Hongda Trade Co, yang oleh Departemen Keuangan mengatakan telah melakukan lebih dari $750 juta dalam perdagangan gabungan dengan Korea Utara.

Sanksi tersebut juga memasukkan daftar hitam Sun Sidong dan perusahaannya Dandong Dongyuan Industrial Co. Dalam sebuah laporan bulan Juni, think tank Washington C4ADS mengatakan bahwa perusahaan Sun Sidong adalah bagian dari jaringan perusahaan China yang saling terkait yang memperhitungkan sebagian besar perdagangan dengan Korea Utara.

Otoritas A.S. telah berulang kali menargetkan perusahaan dan individu dari kota Dandong di China, yang berbatasan dengan Korea Utara, karena diduga memiliki hubungan bisnis dengan Korea Utara.

?Anthony Ruggiero, seorang ahli Korea Utara di Foundation for Defense of Democracies, mengatakan bahwa China tidak secara ketat menerapkan peraturan keuangan di wilayah Dandong. Akibatnya, Dandong menarik perusahaan yang tertarik untuk menghasilkan keuntungan dengan menjual ke Korea Utara,? ujarnya.

Sanksi baru tersebut juga menimpa beberapa perusahaan Korea Utara yang mengirim pekerja ke negara-negara seperti Rusia, Polandia, Kamboja dan China. Otoritas Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka berusaha untuk memotong uang yang Korea Utara lakukan dari ekspor tenaga kerja.

Seiring dengan penargetan sumber teknologi senjata, sanksi tersebut menandai pertama kalinya Amerika Serikat berusaha untuk secara langsung menyerang perdagangan konsumen Korea Utara sehari-hari, kata Peter Harrell, seorang ahli sanksi di Center for New American Security.

"Kami memberi sanksi kepada perusahaan yang terlibat dalam perdagangan," tutur Harrell.

"Itulah langkah logis berikutnya dari kampanye tekanan," tambahnya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan bahwa sanksi tersebut merupakan bagian dari upaya untuk lebih mengisolasi Pyongyang dan mengatakan bahwa dia tidak berpikir bahwa penargetan lebih banyak lagi perusahaan China akan mengurangi kerja sama Beijing dalam menyelesaikan masalah Korea Utara.

"Saya rasa itu tidak membahayakan apapun. Saya pikir dunia telah berkumpul dalam masalah ini," imbuhnya.

"Kami memiliki hubungan baik dengan China. Itu tidak akan berubah," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: