Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kardinal Myanmar Desak Paus Francis Tak Sebut 'Rohingya'

Kardinal Myanmar Desak Paus Francis Tak Sebut 'Rohingya' Kredit Foto: Antara/Reuters/Osservatore Romano
Warta Ekonomi, Jakarta -

Paus menggunakan istilah "saudara laki-laki dan perempuan Rohingya kami" saat mencela aksi penganiayaan tersebut, namun satu-satunya kardinal Katolik di Myanmar telah memintanya untuk tidak menggunakan istilah 'Rohingya' dalam lawatannya ke Myanmar karena dikhawatirkan dapat memicu? konflik setempat dan menyebabkan kekerasan di negara mayoritas Buddhis.

Pejabat Myanmar tidak menggunakan istilah tersebut karena mereka mengatakan bahwa Rohingya bermigrasi secara ilegal dari Bangladesh jadi tidak boleh terdaftar sebagai salah satu kelompok etnis di negara tersebut.

Mereka mengatakan tindakan keras militer di Rakhine adalah untuk membasmi pemberontak dengan upaya kekerasan, namun PBB menggambarkan kekerasan tersebut sebagai "contoh buku teks tentang pembersihan etnis" sebuah sentimen yang disuarakan oleh para kritikus internasional.

Pekan lalu Myanmar dan Bangladesh menandatangani sebuah kesepakatan untuk mengembalikan ratusan ribu orang yang telah melarikan diri melintasi perbatasan, namun badan-badan bantuan telah khawatir tentang pengembalian paksa tersebut kecuali jika keamanan mereka dapat dijamin.

Pembantu Paus mengatakan dia akan menggunakan perjalanan enam hari untuk mendorong dialog dan rekonsiliasi setelah kesepakatan tentatif pekan lalu, sebagaimana dikutip dari BBC, Senin (27/11/2017).

Kunjungan tersebut diselenggarakan sebelum krisis kemanusiaan terjadi, ketika Paus bertemu dengan pemimpin de facto negara tersebut Suu Kyi di Vatikan pada bulan Mei. Eks peraih Nobel Perdamaian tersebut telah menghadapi kritik keras atas kesunyiannya atas aksi penganiayaan Rohingya.

Sebagian besar 660.000 minoritas Katolik yang kuat di Myanmar diperkirakan akan melihat Paus Francis? mengadakan misa di Yangon.

Dirinya kemudian akan menjadi pemimpin Katolik pertama yang mengunjungi Bangladesh sejak tahun 1986 saat dirinya diperkirakan tiba pada hari Kamis (30/11/2017).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: