Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KPPU: Harga Pangan Termahal di Dunia, UMKM dan Koperasi Harus Ambil Posisi

KPPU: Harga Pangan Termahal di Dunia, UMKM dan Koperasi Harus Ambil Posisi Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Saidah Sakwan mengatakan, harga pangan di Indonesia merupakan yang termahal di dunia. Hal ini disebabkan oleh channel distribusi yang terlalu panjang dan eksploitatif. Hal tersebut disampaikan Saidah dalam acara diskusi "Mendorong Kemitraan Usaha Besar-Kecil" yang digelar Forum Wartawan Koperasi (Forwakop) di kampus IPMI International Business School, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2017).

"Yang diuntungkan tengkulak. Kenapa koperasi dan UMKM kita tidak mengambil porsi tengkulak itu? Karena kenapa, harga yang dinikmati oleh end consument seharusnya juga dinikmati oleh produsen. Dalam hal ini, baik peternak maupun petani. Di Indonesia ini karena memang manajemen stok pangan nasional kita problem, karena channel distribusinya terlalu panjang dan eksploitatif," kata Saidah.?

Menurutnya, harga pangan seperti beras dan gula bisa sampai melalui 4 sampai 5 channel. "Bayangin kalau 4-5 channel distribusi, itu satunya mengambil margin, itu berapa? Nah, kalau UMKM atau koperasi bisa mengambil posisi midle made, ini artinya kesejahteraan di tingkat konsumen akan tercapai, kesejahteraan di tingkat produsen akan tercapai," tegasnya.?

Bagi Saidah, untuk mewujudkan kesejahteraan itu diperlukan kemitraan yang adil dan sehat. Dengan begitu, Pemerintah harus terus mendorong kemitraan yang baik bagi para pelaku usaha, baik besar maupun kecil. Untuk itu, Saidah menegaskan jika ada terjadi pola-pola eksploitatof terhadap pelaku UMKM maka ia mempersilakan bagi siapa saja yang ingin melapor.

Untuk menegakkan kemitraan, KKPU juga tengah melakukan advokasi tentang kemitraan usaha. "Usaha yang term and condition-nya eksploitatif atau tidak. Kalau tidak eksploitatif maka eksekusinya eksploitatif atau tidak," jelasnya.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: