Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Dua Putri Tokoh Revolusioner Bertemu

Ketika Dua Putri Tokoh Revolusioner Bertemu Kredit Foto: Rachmawati Soekarnoputri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Putri Presiden pertama RI, Rachmawati Soekarnoputri, dan putri Pemimpin Relijius Iran, Dr Zahra Mustafavi Khomeini, telah membahas tentang?spirit Bung Karno dan Imam Khomeini yang tidak kenal lelah memperjuangkan kemerdekaan Palestina hingga akhir hayat mereka.?

Rachma melanjutkan, Spirit kedua tokoh revolusioner ini perlu dikembangkan dan dijadikan pijakan baru dalam membangun solidaritas global menghadapi penjajahan terhadap bangsa Palestina yang terjadi secara terang benderang di depan mata masyarakat internasional.?

"Bung Karno dan Imam Khomeini menentang exploitation de llome par llome maupun exploitation de nation par nation. Bagi Bung Karno dan masyarakat Indonesia, mendukung kemerdekaan Palestina bagian dari upaya memenuhi amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," ujar Rachma dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (8/12/2017).

Rachma juga mengatakan dirinya siap bekerjasama dengan DR. Zahra dan lembaga yang dipimpinnya dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina.

"Memperjuangan kemerdekaan Palestina merupakan salah satu agenda kami. Di tahun 2001, YPS dan UBK memberikan penghargaan Star of Soekarno kepada pemimpin Palestina Yasser Arafat," sambung Rachma.

Selain itu, DR Zahra, mengatakan dirinya juga menghargai dan mengagumi perjuangan Bung Karno dalam membela bangsa-bangsa dan negeri-negeri di Asia Afrika yang masih hidup di bawah tekanan penjajahan asing kala itu, terutama bangsa Palestina.

Ia mengaku menyambut baik ajakan Rachmawati untuk menjalin kerja sama. Dia pun mengundang Rachma untuk berkunjung ke Iran dan hadir dalam pertemuan-pertemuan internasional membela kemerdekaan Palestina.?

Ia berharap pertemuan kedua putri tokoh revolusioner ini memiliki arti penting dalam memperbesar gerakan melawan penjajahan di tanah Palestina. Apalagi, di tengah peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour, Presiden AS Donald Trump menyatakan negaranya mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel.

"Pernyataan ini berbahaya dan dapat mengakibatkan dampak negatif berupa konflik terbuka yang tidak, atau setidaknya, belum terbayangkan." tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: