Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gapki: Persepsi Netizen tentang Sawit Berangsur Membaik

Gapki: Persepsi Netizen tentang Sawit Berangsur Membaik Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnnas
Warta Ekonomi, Bandung -

Persepsi komunitas media sosial (netizen) tentang kelapa sawit berangsur membaik. Namun demikian, di kalangan netizen generasi milenial, sawit masih lebih banyak dipersepsi negatif.

"Jika dukungan media massa nasional sudah sangat baik kepada sektor kelapa sawit, kami masih perlu waktu lebih lama untuk membangun persepsi positif di mata netizen," kata Juru Bicara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi dalam seminar PR Trend 2017 & PR Outlook 2018?di Novotel, Bandung, Sabtu (9/12/2017).

Tofan mengatakan bahwa membangun persepsi publik tentang industri kelapa sawit di media digital tentu perlu dilakukan dengan pendekatan yang berbeda jika dibandingkan dengan media konvensional. Tren berita yang ada di media sosial memiliki kecepatan persebaran informasi yang jauh lebih cepat dan dapat menjangkau cakupan area yang lebih luas.

Namun, kecepatan persebaran informasi di media digital terkadang tidak dibarengi dengan akurasi kebenaran dari informasi tersebut. Menurutnya, banyak informasi terkadang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Melalui platform digital komunikasi, filter pembaca semakin menjadi semakin sulit untuk dikontrol. Karena apa? setiap orang bisa dikatakan sebagai wartawan, berita dapat berasal dari siapa saja bahkan masyarakat awam melalui media sosial mereka," ungkap Head of Corporate Communications PT Astra Agro Lestari Tbk tersebut.

Akibatnya, masyarakat umum semakin kewalahan untuk menyaring mana berita yang benar dan layak untuk dikonsumsi dan mana yang tidak. Tofan mencontohkan ketika ia masih bekerja sebagai salah satu pemimpin salah satu media konvensional terbesar beberapa tahun lalu, produksi berita yang dilakukan sangat memperhatikan aspek kehati-hatian, terutama dalam menentukan politik redaksional.

"Tidak sembarang orang bisa dijadikan sebagai seorang narasumber," ungkapnya.

Hal inilah yang kemudian, menurut Tofan Mahdi, merupakan tantangan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit saat ini. Bagaimana untuk melakukan pendekatan komunikasi kepada generasi milenial yang akrab dengan media digital? Caranya melalui apa? Yaitu dengan menggunakan pendekatan yang sama, melalui pemanfaatan media digital.

"Kami tentu sudah mulai masuk ke ranah digital communication," imbuhnya.

Dedi salah satu peserta dari Perhumas Muda Bandung, dalam seminar tersebut diminta untuk menyampaikan persepsinya terkait industri kelapa sawit. Sebagai generasi milenial, menurutnya, industri sawit memiliki dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.

"Industri sawit bisa dijadikan sebagai bahan baku pangan seperti minyak dan bisa juga dijadikan bahan baku pembuatan kosmetik," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: