Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waspada Difteri, Pemkot Padang Pantau Program Imunisasi

Waspada Difteri, Pemkot Padang Pantau Program Imunisasi Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warta Ekonomi, Padang -

Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat terus meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran penyakit difteri setelah pada 2015 daerah itu mengalami kejadian luar biasa dengan melakukan pemantauan cakupan imunisasi.

"Kami tetap pantau cakupan imunisasi dasar bayi yang berusia 18 bulan sampai 36 bulan untuk melakukan antisipasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, Feri Mulyani di Padang, Selasa.

Selain imunisasi untuk bayi juga menyasar para pelajar di sekolah dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah.

"Jadi saat ini sekolah yang cakupan imunisasi yang kurang dari 90 persen akan dilakukan sweping," ujar dia.

Menjelang liburan sekolah juga akan dilakukan sweping ke sekolah-sekolah khususnya pelajar kelas 1 sampai kelas 3 khususnya yang belum dapat imunisasi difteri.

Feri menyampaikan saat 2015 Padang mengalami kejadian luar biasa dengan temuan 96 suspect, 4 positif satu meninggal dunia.

"Setelah itu dilakukan imunisasi massal pada Februai, Maret hingga September," tambahnya.

Kemudian pada 2016 juga dilakukan imunisasi tambahan dengan capaian 96 persen dengan sasaran anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.

Ia mengakui salah satu kendala melakukan imunisasi adalah masih ada orang tua yang menolak anaknya divaksin.

"Ini yang sulit, masih ada kelompok masyarakat yang antivaksin, salah satu cara yang dilakukan dengan pendekatan ke orang tua," lanjutnya.

Strategi yang dilakukan adalah dengan membuat suart edaran kepada daerah agar orang tua bersedia anaknya divaksin.

"Kami juga melakukan pendekatan persuasif dengan memberikan pengertian dan menyadarkan masyarakat bahwa untuk pencegahan difteri hanya bisa dilakukan lewat imunisasi," katanya.

Ia menyampaikan gejala umum difteri adalah batuk, demam dan sesak nafas sampai berbunyi keras serta di dinding dada ada tarikan ke dalam serta terlihat seperti sariawan di rongga mulut.

"Jika ada yang mengalami gejala tersebut segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk ditangani," ujarnya.

Sebelumnya menanggapi pro dan kontra soal pemberian vaksin Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim B Yanuarso SpA (k) mengemukakan pihak yang menolak imunisasi banyak yang asal bicara tanpa menggunakan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Mereka yang meyakini vaksin berbahaya karena banyak menerima informasi tidak benar dari media sosial yang disampaikan pihak yang bukan ahlinya, tambah dia.

Menurut dia jika ada yang menyebut imunisasi adalah upaya memasukan bakteri dan penyakit ke dalam tubuh anak itu adalah orang yang bicara tanpa ilmu.

Piprim menyebutkan sistem kekebalan tubuh seseorang ada dua yaitu kekebalan yang bersifat umum serta kekebalan tubuh yang bersifat khusus.

Pemberian air susu ibu, vitamin, herbal dan sejenisnya hanya akan membangun sistem kekebalan tubuh yang bersifat umum, ujar dia.

Lebih lanjut, sistem kekebalan tubuh yang bersifat umum tersebut tidak akan mampu menangkal serangan penyakit berbahaya sehingga dibutuhkan upaya untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh khusus atau disebut sel V.

Sistem kekebalan tubuh khusus yang akan menangkal penyakit berbahaya dan ini hanya dapat diaktifkan melalui pemberian vaksin, ujarnya Ia mengatakan kekebalan khusus itu hanya akan aktif jika tubuh terpapar penyakit berbahaya dan ketika penyakit itu datang kembali menyerang maka tubuh menjadi imun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: