Listrik dan Pilkada Tekan Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Momen lebaran tahun ini ternyata tidak mendongkrak konsumsi masyarakat secara signifikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada triwulan III/2017 tumbuh 4,93% turun tipis dibandingkan triwulan I-2017 yang sebesar 4,95%, dan triwulan II-2017 sebesar 4,94%.

Lalu apa yang terjadi?, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Frederico Gil Sander mengungkapkan setiap momentum lebaran akan mendongkrak konsumsi rumah tangga.

"Biasanya kalau ada lebaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tinggi, tapi tidak di tahun ini. Pertumbuhannya tidak terlalu kuat,"kata dia saat memberikan penjelasan Laporan Indonesia Economic Quarterly December 2017 di Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Frederico pun mengungkapkan tiga faktor utama yang menyebabkan perlambatan konsumsi rumah tangga di Indonesia pada periode tersebut. Pertama, kenaikan tarif listrik golongan rumah tangga 900 VA.

?Listrik bukan belanja cukup banyak dari rumah tangga. Namun kenaikan tarif listrik berpengaruh pada daya beli mereka. Dan kami ingin menggarisbawahi bahwa subsidi sangat penting sekali ,?tambahnya.

Faktor kedua yakni kebijakan pajak dalam hal ini program tax amensty. Pemerintah dalam hal ini menjadi lebih serius untuk menyisir kepatuhan pajak dari Wajib Pajak (WP). "Hal ini berdampak pada rumah tangga yang berpenghasilan tinggi. Satu minggu lalu, saya mendapat data 20% dari rumah tangga Indonesia mengonsumsi 47%," jelas dia.

Dan faktor ketiga yakni ketidakpastian politik terutama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jakarta. "Ketidakpastian politik, waktu itu pilkada Jakarta berpengaruh ke konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor transisi ini mempengaruhi perekonomian," ujarnya.