Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Pertumbuhan Ekonomi Papua Lambat

BI: Pertumbuhan Ekonomi Papua Lambat Kredit Foto: Nunung Kusmiaty
Warta Ekonomi, Jayapura -

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua relatif mengalami perlambatan. Tercatat pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua pada triwulan lII 2017 mencapai 3,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy), hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Joko Supratikto, saat rilis tahunan Bank Indonesia, Kamis (14/12) di Jayapura.?

Dikatakannya, kontraksi ekspor luar negeri menjadi penyebab penurunan pertumbuhan Papua pada triwulan lII 2017, seiring perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan.?

"Kinerja lapangan usaha pertanian dan perdagangan pada triwulan lII 2017? mengalami kenaikan, demikian juga dengan kinerja konsumsi rumah tangga, sehingga menjadi penopang perekonomian Papua pada periode tersebut," katanya.?

Berkaca pada dinamika perekonomian sepanjang 2017, dan mempertimbangkan beberapa faktor yang potensi memberikan pengaruh pada perekonomian Papua, pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,0% 4,4% (yoy) lebih rendah dibanding 2016 yang tumbuh sebesar 9,2% (yoy).?

"Regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua selama 2017," ungkapnya.?

Di sisi lain, lanjutnya, perkembangan kinerja konsumsi rumah tangga yang masih terjaga pada 2017 menjadi salah satu faktor penopang perekonomian Papua.?

"Perkembangan positif terlihat dari sisi inflasi, dimana tekanan inflasi di Papua pada triwulan III 2017 masih sangat terkendali dan mencapai level 1,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,10% (yoy), bahkan lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 3,72% (yoy)," jelasnya.?

Inflasi pada triwulan ini, berada di bawah target inflasi nasional 2017 yaitu sebesar 4% kurang lebih 1 % (yoy), Asesmen BI menilai, bahwa terkendalinya angka inflasi ini seiring minimalnya tekanan inflasi pada komponen volatile foods dan administered price, termasuk ekspetasi inflasi yang relatif terkelola dengan baik.

"Berdasarkan asesemen Bank Indonesia, tekanan inflasi Papua hingga akhir 2017 diperkirakan mencapai 2,1 % hingga 2,5 % (yoy), lebih rendah dibanding inflasi 2016 yang mencapai 3,48%," ungkapnya.

Tekanan inflasi pada akhir tahun 2017 diperkirakan masih berasal dari perayaan natal dan tahun baru, yang berpotesi mendorong permintaan terhadap angkutan udara, komoditas bahan makanan dan makanan jadi.?

"Namun, terjaganya pasokan bahan pangan dan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang terkelola dengan baik menjadi faktor peredam tekanan inflasi Papua tahun 2017. Selain itu, cuaca yang relatif kondusif dan berbagai kebijakan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur distribusi, seperti tol laut dan jalan trans Papua, menambah terkendalinya inflasi Papua selama 2017," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nunung Kusmiaty
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: