Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rempeyek yang Membawa Keberuntungan

Rempeyek yang Membawa Keberuntungan Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dari menjual rempeyek warungan hingga menjadi produk ekspor, Harimastutik (57) mengaku selalu mendapatkan keberuntungan. Hal itu diungkapkannya kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Jakarta.

Menurutnya, di awal berbisnis, ia sudah mendapatkan keberuntungan besar berupa order dari luar negeri yang jumlahnya cukup besar. Padahal, saat itu ia tidak berpikir bahwa usaha rempeyek yang ia jalani sebagai pengisi waktu usai kepergian sang suami akan menjadi usaha yang besar bahkan mampu diekspor. Kemudian, keberuntungan lain terus dialami Har, sapaan akrabnya, sepanjang perjalanan bisnis rempeyeknya.?

Kala itu, Har sedang merapikan tumpukan rempeyek yang sudah dikemas dan ditatanya di depan rumah. Tiba-tiba seorang wartawan mendatanginya tanpa menyebutkan identitasnya sebagai wartawan. "Nah, saat itu dia ambil fotonya dan sempat nanya-nanya ke saya. Saya tidak tahu kalau ternyata dia lagi wawancara? dan dimasukan berita (koran)," cerita Har.?

Keesokan harinya, koran yang berisi berita tentang rempeyek rumahan yang mampu ekspor pun sampai di meja Walikota Batu, Malang, Jawa Timur. Melihat ada warganya yang berhasil mengekspor produk rumahan, Dinas terkait pun akhirnya diminta untuk mendatangi rumah Har. "Pada saat itu saya takut karena saya tidak ngerti orang dinas. Saya pikir dia mau interogasi atau apa. Terus, akhirnya saya bilang tidak mengerti ekspor, Pak. Saya hanya ditelepon orang, nanya rempeyek. Nanya kapasitas berapa. Sekitar satu kuintal saat itu uangnya hampir 10 juta. Terus ditanya lagi, Ibu sudah kirim? Saya jawab sudah. Nah, bapak itu bilang, itu namanya ekspor," cerita Har lagi.?

Kepala dinas koperasi dan UKM itu pun menawarkan kepada Har agar usaha rempeyeknya menjadi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan akan dibina melalui pelatihan-pelatihan usaha nantinya. Har pun sempat mempertanyakan tentang status pelatihan yang ia khawatirkan berbayar karena kemampuan finansialnya saat itu masih tergolong rendah.?

"Karena saya tidak punya modal. Aaat itu modal untuk peyek saja, punya hanya Rp250 ribu. Saya belanjakan Rp200 ribu, sisa Rp50 ribu. Terus saya pake bayar untuk jasa yang goreng di rumah yang ikut membantu.? Jadi, saat itu sangat minim banget. Nah, itu sekitar tahun 2011. Itu setelah bapak meninggal tahun 2010. Ya, saat itu setahun setelah meninggal almarhum suami saya, keadaan saya tidak stabil. Untuk menghilangkan kekosongan, saya kerjakan itu usaha rempeyek," ungkapnya.?

Bermula dari tawaran itulah kemudian Har mulai rajin mengikuti berbagai pelatihan dan pameran dari yang gratis hingga yang berbayar. Tekadnya hanya satu, yaitu mengetahui ilmu bisnis dan mengerti harus dibawa ke mana usaha rempeyeknya. Hingga suatu hari, Har pun kembali mendapat tawaran untuk memgikuti ekspo, dengan harga diskon yang diberikan dinas karena melihat potensi produknya yang cukup besar.?

Sempat merasa pesimis karena produk lainnya yang mengikuti ekspo memiliki kemasan yang lebih bagus dari produknya. Ia merasa produknya sangat rumahan. Berbagai UKM dari beberapa provinsi pun tampak lebih menarik di mata Har yang saat itu belum optimis. Namun, Har tidak menyiakan kesempatan untuk mengambil pelajaran dari produk-produk lain yang terlihat sudah sangat siap menjadi UKM.?

"Dan di situ Alhamdulillah, di situ ketemu orang Korea sama Taiwan. Nah, pada akhirnya nambahlah kiriman saya yang ke ekspor, kemudian juga dari Singapura sama Pakistan," akunya.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: