Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Ancam Potong Bantuan Dana, Palestina: Yerusalem Tidak Dijual

Trump Ancam Potong Bantuan Dana, Palestina: Yerusalem Tidak Dijual Kredit Foto: Reuters/Ammar Awad
Warta Ekonomi, Jakarta -

Warga Palestina geram terakit dengan ancaman Presiden AS Donald Trump untuk menahan pembayaran bantuan masa depan karena keengganan orang-orang Palestina untuk berunding dengan Israel yang mereka sebut sebagai sebuah aksi pemerasan pada Rabu (3/1/2018)

Trump mendapat pujian dari Menteri kabinet di pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, namun sebuah peringatan dari mantan juru runding perdamaian Israel mengenai bahaya dalam memotong bantuan keuangan kepada orang-orang Palestina.

Di Twitter pada hari Selasa, Trump mengatakan bahwa Washington memberi warga Palestina "RATUSAN JUTAAN DOLLAR dalam setahun dan tidak mendapat penghargaan atau rasa hormat. Mereka bahkan tidak ingin menegosiasikan sebuah perjanjian perdamaian yang telah lama tertunda dengan Israel, dengan orang-orang Palestina tidak lagi mau berunding, mengapa kita harus memberikan dana masa depan yang besar-besaran ini kepada mereka?," tulisnya.

Hanan Ashrawi, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan sebagai tanggapan: "Kami tidak akan diperas."

Kemarahan Palestina terhadap Trump sudah memuncak setelah pengakuannya pada (6/12/2017) lalu atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sebuah deklarasi yang juga menimbulkan kemarahan di dunia Arab dan keprihatinan di antara sekutu Barat Washington.

Mengomentari tweet Trump, Nabil Abu Rdainah, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan: "Yerusalem tidak dijual, tidak untuk emas maupun perak."

Abu Rdainah mengatakan bahwa orang-orang Palestina tidak menentang untuk kembali ke perundingan damai yang telah ambruk pada tahun 2014, namun hanya berdasarkan pendirian negara mereka sendiri di sepanjang garis yang ada sebelum Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza di Perang 1967.

"Jika Amerika Serikat menginginkan perdamaian dan kepentingannya, patuhi dulu hal tersebut," pungkasnya, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (3/1/2017).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: