Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Status Gunung Agung Terkini

Status Gunung Agung Terkini Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menurunkan radius aman untuk masyarakat beraktivitas di sekitar Gunung Agung, Karangasem, Bali dari sebelumnya 8-10 kilometer menjadi enam kilometer.

"Meski Gunung Agung masih berstatus "Awas", demikian batas radius aman untuk masyarakat beraktifitas diturunkan dari 8-10 km menjadi 6 km," kata Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (4/1/2018).

Menurut Menhub Ignasius Jonan, status Gunung Agung saat ini masih berada dalam fase erupsi dengan aktivitas vulkanik yang relatif tinggi dan fluktuatif.

"Berdasarkan hasil analisis data visual maupun instrumental yakni seismik, deformasi dan geokimia, saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi dengan aktivitas vulkanik relatif tinggi dan fluktuatif. Material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan dan letusan abu, serta lontaran batuan di sekitar kawah," kata Jonan.

Ia juga mengatakan volume lava di dalam kawah sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar 1/3 dari volume kawah sebesar 60 juta meter kubik.

Laju pertumbuhan kubah saat ini, lanjutnya, masih rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil.

Jonan menambahkan status Gunung Agung hingga Rabu (3/1) pukul 18.00 Wita menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah masih terus terekam yang mengindikasikan adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan.

"Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan tren naik yang signifikan," katanya.

Selain itu, lanjutnya, data deformasi dalam beberapa hari terakhir juga menunjukkan tren stagnan yang mengindikasikan belum adanya peningkatan pada sumber tekanan secara signifikan.

"Sedangkan, data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan 'flux' sekitar 100-300 ton/hari," katanya.

Menurut Jonan, perkiraan potensi bahaya saat ini berupa lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat juga lahar hujan.

Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan melanda area di dalam radius enam km dari kawah.

Sedangkan bahaya lahar hujan akan mengikuti lembah sungai yang berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi.

Relatif kecil Dengan skala erupsi pada saat ini (intermittent), maka potensi bahaya awan panas kemungkinannya masih relatif kecil karena selain pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, juga kemungkinan lain yaitu untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas maka diperlukan tekanan cukup besar, sementara tekanan hingga saat ini belum menunjukkan pola peningkatan yang signifikan.

Oleh karena itu, Jonan menambahkan rekomendasi terkini terkait Gunung Agung adalah status masih "Awas" dengan radius daerah bahaya yang sebelumnya delapan km dari kawah dan perluasan secara sektoral hingga 10 km diturunkan menjadi enam km dari puncak.

"Status 'Awas' masih dipertahankan, mengingat saat ini Gunung Agung masih dalam fase erupsi dan berdampak pada pemukiman," katanya.

Rekomendasi lainnya adalah kondisi Gunung Agung sangat dinamis maka sehubungan dengan status masih 'Awas' tersebut, maka semua pihak dihimbau untuk tetap menjaga kesiapsiagaan sehingga apabila terjadi perubahan yang cepat dapat diantisipasi dengan cepat pula.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: