Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

2018, OJK Yakin Pertumbuhan Kredit Tetap Positif

2018, OJK Yakin Pertumbuhan Kredit Tetap Positif Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Mataram -

OJK Nusa Tenggara Barat optimistis dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang disalurkan industri perbankan di provinsi itu tetap berada pada trend positif pada 2018.

Farid Faletehan selaku kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB, di Mataram, Jumat (5/1/2018), mengatakan optimisme tersebut didasarkan pada kondisi pembangunan berbagai sektor di NTB yang juga terus berlanjut pada 2018.

"Faktor pendukung yang paling diharapkan adalah sektor pertanian seiring meningkatnya target produksi. Di samping sektor utama, yakni perdagangan dan pariwisata," tuturnya.

Menurut dia, faktor tahun 2018 yang disebut sebagai tahun politik juga diprediksi akan ikut mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan dari sisi konsumtif. Begitu juga dengan sektor produktif diyakini akan terus tumbuh pada 2018, seiring masuknya berbagai investasi yang membutuhkan pembiayaan perbankan, termasuk pembangunan hotel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

"Momentum perbaikan ekonomi global juga akan menunjang pertumbuhan ekonomi NTB yang juga mempengaruhi sektor perbankan, terutama dari sisi penyaluran pembiayaan," ujarnya.

Menyinggung tentang kredit yang disalurkan perbankan pada 2017, Farid menyebutkan nilanya mencapai Rp32,9 triliun hingga Oktober, sedangkan November dan Desember 2017 masih menunggu laporan dari masing-masing bank. Jumlah bank yang beroperasi di NTB sebanyak 66 lembaga, terdiri atas bank umum konvensional, bank umum syaria termasuk BTN Syariah yang mulai beroperasi pada triwulan IV/2017, bank perkreditan rakyat (BPR), dan BPR syariah.

Lebih lanjut, ia menambahkan sektor yang paling dominan menyerap kredit perbankan adalah bukan lapangan usaha, yakni sebesar 54,05 persen dari total penyaluran kredit/pembiayaan. Kemudian disusul sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 25,41 persen, pertambangan dan penggalian 6,28 persen.

"Kalau sektor pertanian, perburuan dan kehutanan di urutan empat dengan persentase sebesar 3,02 persen, dan industri pengolahan hanya 1,25 persen," pungkas Farid. (HYS/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: