Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menggali Sisi Molek Antam

Menggali Sisi Molek Antam Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Antam memiliki pundi-pundi. Emas merupakan sumber utama yang mengisi pundi-pundi tersebut, yaitu sekitar 70%. Lalu, disusul feronikel. Kini, ditambah ore ekspor. Bagaimana strategi Antam agar selalu menarik?

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi kepada perekonomian nasional sebesar 8%. Berdasarkan data statistik, pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 0,78% pada semester I tahun 2017. Sektor ini merupakan salah satu sektor yang menghadapi tantangan yang cukup berat. Tantangan tidak hanya hadir dari pasar, tapi regulasi yang ketat turut menjadi salah satu yang harus dihadapi. Salah satunya adalah pembatasan ekspor mineral mentah dan kewajiban membuat smelter yang membuat para pemain tambang memutar otak.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa total produksi emas tahun 2016 sebesar 75 ton dengan realisasi sebesar 91 ton. Produksi olahan nikel (feronikel dll.) ditargetkan sebesar 651.000 ton dengan realisasi 860.114 ton.

Adapun cadangan logam emas sebagaimana yang dipublikasikan Kementerian ESDM yakni sebanyak 2.566 juta ton dengan sumber daya tersebut sebanyak 6.484 juta ton pada tahun 2016. Tahun-tahun sebelumnya, juga tidak jauh berbeda kondisinya. Seperti pada tahun 2015, cadangan dan sumber daya logam emas sebanyak masing-masing 2.537 juta ton dan 6.613 juta ton. 

Antam mencatat aktivitas produksinya pada semester I tahun 2017 memiliki pertumbuhan yang variatif. Produksi feronikel tercatat sebesar 9.327 ton nikel dalam bentuk feronikel pada semester I tahun 2017. Jumlah tersebut meningkat sebesar 12% dibandingkan dengan capaian produksi pada semester I tahun 2016 yang sebesar 8.304 TNi. Antam mencatat tingkat biaya tunai  feronikel sebesar US$3,7 per pon sampai dengan semester I tahun 2017. Dengan demikian, Antam termasuk salah satu produsen feronikel dengan biaya rendah di jagat ini.

Produksi emas Antam tercatat sebesar 1.013 kg pada semester I tahun 2017 yang bersumber dari tambang Pongkor dan Cibaliung. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan volume produksi semester I tahun lalu, yakni sebesar 1.015 kg. Adapun penjualan emas Antam sebesar 2.788 kg pada semester I tahun 2017. Nilai tersebut turun karena gangguan operasi pada fasilitas pemurnian logam mulia pada awal tahun 2017.

Pada kuartal II tahun 2017 (2Q17), perseroan memulai ekspor bijih nikel kadar rendah dan bijih bauksit. Sampai dengan semester satu ini, ekspor bijih nikel kadar rendah mencapai 275.513 wmt, sedangkan realisasi ekspor bijih bauksit mencapai 128.232 wmt. Antam telah mendapatkan izin ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 2,7 juta wmt dan bauksit sebesar 850.000 wmt.

Antam merupakan perusahaan pertambangan yang sebagaian besar pundi-pundinya diisi emas. Namun, sejumlah lokasi pertambangan sudah menghadapi fase pertambangan tua, yaitu cadangan sudah akan habis dalam waktu yang tidak lama lagi. Cadangan tambang emas di Pongkor akan habis sampai dengan 2021, sedangkan cadangan tambang di Cibaliung juga akan habis dalam kisaran waktu 56 tahun lagi.

Meski belum tampak konkret, BUMN pertambangan ini sudah menemukan sejumlah lokasi pertambangan baru. “Saat ini, kita sedang melakukan alliance dalam discovery cadangan-cadangan emas baru di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah yang sudah teridentifikasi ada di Jawa Timur, Sumbawa NTB, dan Jawa Barat,” kata Presiden Direktur Antam, Arie Prabowo Ariotedjo.

Lokasi-lokasi tersebut, menurut Arie, tengah proses tender, tapi sudah teridentifikasi ada sumbernya di sana. Pertambangan-pertambangan baru tersebut akan menjadi darah baru bagi Antam untuk menjadi perusahaan pertambangan yang sehat. 

Dalam kacamata analis pasar modal, Reza Priyambada melihat bisnis usaha Antam atau kode emiten ANTM memang turun karena adanya penurunan volume penjualan barang-barang komoditasnya sehingga tidak dapat meng-cover beban-beban biaya yang muncul. 

“Restrukturisasi utang bagus juga, tapi sifatnya sementara. Kuncinya di top line-nya atau pendapatan usahanya serta efisiensi biaya agar match,” kata Reza.

Alasan tersebut sangat mendasar, pasalnya sekarang ini orientasi pelaku pasar lebih ke jangka pendek. Jadi investor akan memanfaatkan momentum atau sentimen tertentu untuk mau masuk ke Antam. Oleh karena itu, semua akan kembali lagi pada sentimen seperti apa yang mempengaruhi Antam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: