Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OJK: Perkembangan Obligasi di Indonesia Makin Kondusif

OJK: Perkembangan Obligasi di Indonesia Makin Kondusif Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perkembangan industri pasar modal, khususnya pasar surat utang atau obligasi di Indonesia, makin meningkat dan kondusif. Hal ini terlihat dari kenaikan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sebesar 34,53 basis poin (bps) selama periode 2017 dari 208,45 (Des 2016) ke 242,98 (Des 2017).

"Iklim investasi di Indonesia terutama pasar obligasi makin kondusif pasca Standard and Poor’s menaikkan peringkat investasi Indonesia menjadi BBB (investment grade) pada bulan Mei 2017 dan Fitch Rating juga meningkatkan kembali peringkat utang Indonesia pada bulan Desember 2017 menjadi BBB dengan outlook stabil," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen saat peresmian Market Standard untuk Transaksi Repo atas Efek Bersifat Utang di Main Hall Galeri Bursa Efek Indonesia, Jumat (12/1/2018).

Dijelaskannya, turunnya persepsi risiko atas investasi di pasar obligasi mendorong arus modal nonresiden yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara tercatat mengalami peningkatan dari Rp107,3 triliun (2016) menjadi Rp170,3 triliun (2017) serta penurunan yield.

"Rata-rata yield obligasi pemerintah telah turun sebesar 140,97 bps (atau 1,41%) dari 8,10% (2016) menjadi 6,69% (2017). Begitu pula, rata-rata yield obligasi korporasi rating A juga turun 165,15 bps (atau 1,65%) dari 10,72% (2016) menjadi 9,07% (2017)," tandas Hoesen.

Kinerja pasar obligasi yang meningkat di 2017 juga tercermin dari kenaikan rata-rata harian nilai transaksi obligasi sebesar 5,89% dari 15,77 triliun (2016) menjadi 16,70 triliun (2017). Likuiditas transaksi yang meningkat ini turut menopang peningkatan aktivitas transaksi repo.

Tercatat total transaksi repo selama 2017 naik sebesar Rp 42,04 triliun dari Rp 263,17 triliun (2016) menjadi Rp 305,21 triliun (2017). Rata-rata harian nilai transaksi repo juga mengalami kenaikan dari  Rp 1,10 triliun menjadi Rp 1,28 triliun.

"Tentunya, pertumbuhan industri pasar modal ini tidak bisa dilepaskan dari peran kita semua melalui sinergi antara regulator dalam hal ini OJK, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia bersama pelaku industri termasuk Himdasun selaku perhimpunan pedagang surat utang, yang saat ini memiliki anggota sebanyak 24 (dua puluh empat) dari Bank dan 5 (lima) dari Perusahaan Efek," tutupnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: