Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Proses Repatriasi Tinggal Sepekan, Masih Saja Ada Warga Rohingya yang 'Kabur' dari Myanmar

Proses Repatriasi Tinggal Sepekan, Masih Saja Ada Warga Rohingya yang 'Kabur' dari Myanmar Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari 100 Muslim Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dari Myanmar sejak Rabu (17/1/2018), dengan pengungsi terbaru tersebut mengatakan jika operasi militer terus berlanjut di negara bagian Rakhine, serta menimbulkan keraguan tentang rencana untuk mengirim kembali 655.500 yang telah melarikan diri.

Pengungsi lain sedang menunggu untuk menyeberangi sungai Naf yang membentuk sebuah perbatasan antara Bangaldesh dan Myanmar, bahkan saat Dhaka bersiap untuk mulai melakukan upaya repatriasi minggu depan, beberapa pengungsi Rohingya masih ada yang melarikan diri dari apa yang oleh militer Myanmar sebut sebagai operasi kontra-pemberontakan sejak akhir Agustus 2017 lalu.

Bangladesh dan Myanmar mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah sepakat untuk menyelesaikan upaya pengembalian para pengungsi Rohingya dalam waktu dua tahun, dengan proses yang akan dimulai pada 23 Januari, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (19/1/2018).

Satu kapal menyeberangi sungai Naf dengan membawa 53 orang pada hari Rabu dini hari, dan satu kapal lagi tiba dari Teluk Benggala dengan 60 orang lainnya pada hari Kamis pagi, menurut seorang pejabat intelijen Bangladesh di Dhaka, dan petugas bantuan kamp Rohingya di Kutupalong, dekat Cox's Bazar.

Mereka yang menunggu di sisi Myanmar untuk menyeberang terjebak di sana karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk membayar perahu, kata beberapa pendatang baru-baru ini. Mereka mengatakan bahwa mereka membayar antara 30.000 dan 40.000 kyat ($20- $30) untuk perjalanan malam hari di kapal-kapal yang notabene kondisinya tidak baik ke wilayah Teknaf, di bagian selatan Bangladesh.

Sebagian besar pengungsi baru-baru ini mengatakan bahwa mereka berasal dari desa Sein Yin Pyin di distrik Buthidaung, dan melarikan diri karena mereka khawatir mereka akan dijemput oleh militer jika mereka meninggalkan rumah mereka untuk pergi bekerja.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: