Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kegelisahan Adalah Energi

Kegelisahan Adalah Energi Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nama Bukalapak.com semakin membubung tinggi. Kesuksesan perusahaan ini semakin terasa dengan ditandainya investasi terbaru yang masuk senilai US$1 miliar sehingga menjadikan perusahaan startup lokal ini menjadi Unicorn, menyusul GoJek, Traveloka, dan Tokopedia. 

Chief Executive Officer Bukalapak. com, Achmad Zaky Syaefudin berkisah awal-awal menggali ide pendirian Bukalapak. Lahirnya Bukalapak dari kegelisahan. Jebolan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan, seharusnya dia bersyukur dapat kuliah di tempat bagus yang diidam-idamkan banyak orang dan memiliki teman-teman yang pintar. Dia akan merasa sangat bersalah kalau tidak menjadi apa-apa setelah lulus dari kuliah. 

“Masa iya, saya keluar nggak ngapa-ngapain, masa nggak ngasih sesuatu ke masyarakat,” ungkap pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 ini. 

Saat awal kuliah, Zaky mengaku tidak pernah berpikiran untuk menjadi pengusaha. Ia hanya terpikir untuk bekerja dengan gaji besar. Namun, menjelang kelulusannya di akhir tahun 2009, dia tiba-tiba merasa galau. Dia tidak ingin hanya sekadar bekerja, apalagi mendesak pekerjaan orang lain. Ia ingin memberikan pengaruh kepada banyak orang melalui keahlian yang dia punya, sebagai seorang lulusan teknologi informasi.

Dari situlah, Zaky berangkat mendirikan Bukalapak.com pada awal tahun 2010, sebuah situs belanja daring dengan konsep market place. Situs ini tidak hanya menjadi tempat untuk menjual barang, tetapi juga memberikan layanan transaksi terpercaya sehingga meningkatkan penjualan. Nama Bukalapak diambil dari aktivitas mengunggah gambar barang untuk dijual, atau disebut dengan membuat lapak yang identik dengan usaha kecil menengah (UKM). 

Di awal mendirikan Bukalapak, diakuinya sangat sulit, tantangan sangat besar, dan terus diikuti dengan kegelisahan. Saat itu, tidak ada ada orang yang yakin dengan bisnis yang dia jalankan, mengajak teman tidak ada yang mau, meminta dukungan dari orang tua juga tidak berani. Zaky sendiri merasa antara yakin dan tidak yakin, tetapi dia terus meyakinkan diri sendiri. Dulu tidak dipercaya oleh pelapak, sekarang menjadi rebutan para pelapak. Menurutnya, itu capaian yang sangat penting. 

“Kegelisahan itu bagus. Kalau kita gelisah, merasa ada yang salah dalam dunia ini, dari situlah sumbernya,” katanya. 

Kalau kita melihat iklan Bukalapak, kita akan menemukan hal yang berbeda, lucu, dan tidak biasa. Menurut Zaky, itu juga muncul dari kegelisahan. Dia gelisah ketika disuruh membuat iklan yang harus mengikuti standar, seperti harus mengatakan produk terbaik, paling aman, paling nyaman, dan sebagainya. Menurut Zaky, iklan itu harus dirombak, iklan itu harus menghibur dan menginspirasi masyarakat. Dengan demikian, iklan mampu menyentuh jutaan masyarakat yang melihatnya. 

Bukalapak diisi oleh anak-anak muda. Dalam pikirannya, banyak hal yang kreatif. Menurut Zaky, anak muda tidak memiliki textbook, tidak ada rumus di kepalanya. Berbeda dengan orang-orang yang bekerja di perusahaan konvensional yang sudah terbangun textbook dan rumusnya. Itulah kelebihan anak muda. 

Anak muda juga tidak suka dikekang. Oleh karena itu, lingkungan kerja diciptakan dengan fleksibel. Tim diberikan kebebasan, tidak ada aturan jam kerja, yang penting target. Menurutnya, semakin anak muda diatur, mereka akan semakin terkungkung dan akan menghambat kreativitasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: