Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disperindag Malut Berupaya Atasi Kenaikan Harga Beras

Disperindag Malut Berupaya Atasi Kenaikan Harga Beras Kredit Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Warta Ekonomi, Ternate -

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Maluku Utara (Malut) terus berupaya mengatasi kenaikan harga beras di daerah ini, sebagai imbas dari kenaikan harga beras secara nasional dalam sebulan terakhir.

Kepala Disperindag Malut, Asrul Gailea, mengatakan upaya itu dilakukan di antaranya dengan menggelar operasi pasar beras bersama Bulog setempat dan mendorong seluruh distributor beras di daerah ini untuk menjaga stok dan kelancaran distribusi ke pasaran (22/1/2018).

Upaya tersebut cukup berhasil mencegah naiknya harga beras di pasaran di luar batas kewajaran, bahkan khusus beberapa jenis beras medium tidak mengalami kenaikan, seperti untuk beras merek spesial tetap berada dikisaran Rp11.000 per kg.

Menurut dia, khusus harga beras premium yang sejak awal mengalami kenaikan harga cukup signifikan, kini bertahan di angka paling tinggi Rp15.000 per kg atau lebih tinggi Rp1.500 dari harga normal sebesar Rp13.500 per kg.

Stok beras di pasaran juga cukup banyak, bahkan untuk beras medium bisa mencukupi kebutuhan hingga beberapa bulan mendatang. Selain itu, petani padi di sejumlah daerah di Malut mulai panen sehingga akan menambah stok beras di daerah ini.

Kebutuhan beras di Malut, kata Asrul Gailea, yang setiap tahunnya mencapai hampir 100 ribu ton, sebagian besar harus didatangkan dari Pulau Jawa dan Sulawesi, karena produksi beras di Malut masih terbatas, yakni hanya 30 ribu ton lebih per tahun. Itulah sebabnya jika harga beras di Pulau Jawa dan Sulawesi mengalami kenaikan, seperti yang terjadi dalam sebulan terakhir, khususnya untuk jenis beras premium, akan langsung pula diikuti kenaikan harga serupa di Malut.

Ia menambahkan, pengalaman selama ini, walaupun harga beras di Malut mengalami kenaikan, termasuk ketika stok agak terbatas, tidak menimbulkan kerawanan pangan pada masyarakat setempat karena di daerah ini banyak tersedia sumber pangan alternatif, seperti sagu, singkong, jagung dan keladi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: