Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertumbuhan Tren M&A di Tengah Tantangan Integrasi

Pertumbuhan Tren M&A di Tengah Tantangan Integrasi Kredit Foto: Tokopedia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring meningkatnya aktivitas merger di 2017 yang lalu, EY Indonesia menyelenggarakan sesi Thought Leadership dengan topik Integrasi Pasca Merger (PMI) untuk berbagi ilmu dan pengalaman Merger dan Akuisisi (M&A) yang telah berhasil dilakukan pada berbagai perusahaan berkinerja tinggi.

Bertempat di Financial Club, Graha CIMB Niaga, Jakarta, sesi PMI dihadiri oleh para manajemen senior, eksekutif, dan pelaku usaha di Indonesia dari berbagai industri seperti pertambangan, venture capital, bank, e-commerce, dan manufaktur. Sesi tidak hanya membahas tentang nilai-nilai dan tantangan dalam M&A, tetapi juga berbagai pendekatan dan strategi M&A yang sebaiknya dilakukan dalam proses integrasi.

Para pembicara di workshop ini adalah para ahli dan profesional EY yaitu Managing Partner of Transaction Advisory Services David Rimbo, Partner and Indonesia Leader, Strategy, and Transformation Iwan Margono, Partner and ASEAN Leader, Strategy, and Transformation Karambir Anand, dan Strategy and Transformation Director Ashutosh Deshmukh.

M&A dinilai sebagai cara yang paling efisien dalam meningkatkan performa organisasi, nilai perusahaan, dan dorongan kepentingan organisasi. Hasil penelitian Transactional Leaders Forum 2016 yang mendapatkan input dari perusahaan-perusahaan besar dunia, menunjukkan bahwa terdapat berbagai tantangan untuk mencapai nilai yang diharapkan dari kegiatan M&A.

"Sebagian besar merger gagal menciptakan nilai bagi para pemegang saham, dan ini menjadi penyebab terbesar kegagalan mengintegrasikan perusahaan dengan baik," ujar Karambir Anand, Selasa (23/1/2018) di Jakarta. 

Kurangnya komunikasi dan ketidakcocokan budaya, lanjut Karambir, adalah faktor utama kegagalan integrasi.

PMI sangat menantang dan riskan. Prosesnya dilakukan dalam waktu yang padat dan di saat yang bersamaan bisnis harus terus berjalan. PMI telah mengubah situasi, bentuk, dan menjadi masa depan dunia bisnis. Jika proses integrasi berjalan sukses, bisnis tersebut berpotensi memperluas jaringan ke lingkup global. Di sisi lain, kegagalan integrasi dapat berimbas pada kemunduran seluruh proses merger.

"Beberapa best practice untuk integrasi merger yang efektif meliputi mendirikan Integration Management Office (IMO) yang kuat, berfokus pada sinergi, dan memastikan semua fungsi back-end bersinergi dengan baik," jelas Karambir di sesi PMI.

Pada saat bersamaan, hasil EY Capital Confidence Survey 2017 menunjukkan bahwa secara global dan Asia Pasifik, kepercayaan terhadap M&A meningkat pesat.

Iwan Margono menambahkan, "Tren M&A, termasuk aktivitas pasca merger yang terjadi di kawasan Asia, berpotensi untuk menentukan peluang dan juga tantangan pada perusahaan-perusahaan Indonesia. Pemahaman yang jelas mengenai proses ini, dan memperhatikan contoh-contoh yang serupa, sangatlah penting bagi para pelaku usaha di Indonesia dalam menentukan strategi pertumbuhan dan perluasan bisnis melalui M&A." 

Tidak hanya memaksimalkan pendapatan jangka panjang, M&A diperlukan untuk menjangkau hal-hal yang tidak dapat diraih oleh perusahaan pada lingkup sebelumnya, yaitu berkembangnya pasar memberikan berbagai peluang, akses ke kapabilitas baru, dan memperoleh margin yang lebih tinggi di pasar asing.

Sesi ini melibatkan contoh studi kasus yang ditangani EY di masa lalu, berbagi strategi dan atribut utama dari pengakuisisi yang sukses. Melalui acara ini, EY percaya dapat memberi peserta pemahaman lebih mendalam mengenai ekosistem M&A sehingga proses integrasi di masa yang akan datang dapat berjalan dengan sukses.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: