Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkeu: Pemerintah Waspadai Sejumlah Risiko

Menkeu: Pemerintah Waspadai Sejumlah Risiko Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan stabilitas sistem keuangan pada triwulan IV 2017 dalam kondisi normal. Namun, kata dia, pemerintah mewaspadai sejumlah risiko dari luar maupun dalam negeri. 

Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang dilangsungkan Selasa (23/1/2018), kata Sri, menyimpulkan beberapa risiko dari dalam negeri di antaranya tingkat permintaan kredit yang belum sepenuhnya pulih, aliran dana nonresiden pada pasar keuangan, dan dampak dari kenaikan harga minyak dunia terhadap inflasi atau subsidi.

"Kami juga memperhatikan persepsi pasar terhadap kondisi politik menjelang pilkada (pemilihan kepala daerah) serentak tahun 2018 dan Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019, termasuk mencermati perkembangan mata uang virtual seperti Bitcoin," jelas Sri.

Sementara dari sisi eksternal, KSSK mencermati rencana lanjutan kenaikan Fed Funds Rate dan normalisasi neraca bank sentral AS, normalisasi moneter negara maju, moderasi pertumbuhan (rebalancing) ekonomi Tiongkok dan dinamika konflik geopolitik.

Pemerintah pun, lanjut Sri, optimistis terkendalinya makro ekonomi dan sistem keuangan pada triwulan IV 2017 mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Sri mengatakan momentum pertumbuhan ekonomi yang berlanjut ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah sesuai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017 sebesar 4,3% dengan realisasi 3,6%. Selain itu, neraca transaksi berjalan juga dalam kondisi sehat. Begitu pula aliran masuk modal ­asing tergolong stabil. Nilai tukar tupiah terhadap dolar AS pun terjaga, serta cadangan devisa yang menguat.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menambahkan, penguatan fundamen ekonomi dan reformasi struktural menjadi kunci untuk menjaga stabilitas domestik dari risiko eksternal tahun ini seperti rencana kenaikan suku bunga dan normalisasi pengurangan neraca The Federal Reserve.

BI, kata Agus, juga tidak akan segan-segan menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan dan nilai tukar jika derasnya tekanan eksternal mengharuskan perubahan kebijakan itu. "Tap,i kalau fundamen ekonomi kita kuat, tentu kita tidak perlu menyesuaikan suku bunga acuan atau nilai tukar," ujar dia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: