Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sidak ke Pasar, Legislator Sulsel: Kenaikan Harga Beras Masih Wajar

Sidak ke Pasar, Legislator Sulsel: Kenaikan Harga Beras Masih Wajar Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Rombongan anggota Komisi B DPRD Sulsel menggelar inspeksi mendadak atau sidak ke dua pasar tradisional yakni Pasar Sentral Kabupaten Maros dan Pasar Terong Kota Makassar, Rabu, (24/1). Sidak dimaksudkan untuk mengecek pasokan dan harga beras di pasaran. Hal tersebut menyusul melonjaknya harga komoditas pangan strategis itu di sejumlah daerah di Indonesia.
 
Ketua Komisi B DPRD Sulsel, Jamaluddin Jafar, mengungkapkan hasil pemantauannya, lonjakan harga beras di daerahnya tidaklah signifikan dan terbilang masih wajar. "Kenaikan harga beras tidak terlalu besar, saya kira itu masih wajar. Harga beras super di Maros sekitar Rp10 ribu dan di Makassar Rp12 ribu per kilogram, ada selisih karena jarak untuk (ongkos) transportasi," kata Jamaluddin, Rabu, (24/1/2018).
 
Untuk beras premium, di Maros dibanderol di bawah Rp8 ribu per kilogram dan di Makassar dijual Rp10 ribu per kilogram. Begitu pula dengan beras premium yang hanya selisih sampai Rp2 ribu per kilogram dari beras medium. Di bandingkan beberapa bulan sebelumnya, rata-rata kenaikan harga beras di tiap kelas berkisar Rp1 ribu hingga Rp2 ribu. "Di Maros lebih murah dibanding Makassar mungkin disebabkan biaya transportasi," tutur Jamaluddin.
 
Menurut Jamaluddin, pasokan dan harga beras yang masih stabil itu membuat pihaknya menegaskan Sulsel tidak butuh beras impor. Terlebih, Sulsel adalah daerah produsen beras yang sebentar lagi memasuki masa panen. Meski ada kenaikan harga, kata Jamaluddin, tidak terlalu signifikan dan tidak akan memperangaruhi stabilitas pasar.
 
"Pandangan saya, tidak perlu operasi pasar dan tidak perlu juga menerima beras impor. Itu karena stok beras kita di Sulsel aman. Diperkirakan bulan dua dan tiga harga sudah mulai normal." 
 
"Kenaikan harga ini bisa saja karena faktor cuaca dan hal lainnya. Di Sulsel itu setahu saya tidak pernah mengikuti harga pasar di Jawa, karena lumbung padi, " sambung Jamaluddin. 
 
Jamaluddin melanjutkan atas fenomena kenaikan harga beras pada akhir dan awal tahun, pemerintah mesti melakukan langkah antisipasi. Toh, sudah ada pengalaman tiap tahunnya yang menjadi bahan evaluasi. Termasuk Bulog selaku pengendali beras harus mampu menetralisasi harga untuk memastikan tidak ada gejolak di pasaran. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: