Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Boss 'Kato' Ini Tak Pernah Kapok Berbisnis

Boss 'Kato' Ini Tak Pernah Kapok Berbisnis Kredit Foto: Satay Kato
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mulai berbisnis sejak usia 19 tahun saat masih menjadi mahasiswa, Yudha Fajrin, pria kelahiran 5 Maret 1988 yang merupakan pemilik dari Satay Kato dan beberapa produk dengan brand Kato, mengaku tak pernah kapok untuk berbisnis. 

Yudha mulai berbisnis dengan jual beli handphone second, yang kemudian merambah ke bisnis kaus sablon, batik, dan beberapa bisnis lainnya. Meski pernah mengalami kegagalan dan tak mendapat dukungan orang tua, Yudha selalu yakin bahwa berbisnis adalah passion-nya. Seringkali Yudha meyakinkan orang tuanya yang berlatar belakang pekerja kantoran bahwa menjadi seorang pengusaha jauh lebih memiliki kepuasan tersendiri daripada menjadi karyawan. 

"Orang tua saya sudah investasi di saya sangat besar dengan menyekolahkan saya setinggi ini. Lalu, kalau saya hanya membesarkan perusahaan orang lain, buat apa? Saya harus jadi pengusaha dan gedein perusahaan sendiri," kata Yudha kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Kemang, Jakarta Selatan.

Yudha juga sempat menjadi seorang karyawan di beberapa perusahaan besar. Namun, ia merasa bahwa apa yang dikerjakannya di kantor hanyalah untuk membesarkan perusahaan orang lain. Sementara tenaga dan pikirannya ia habiskan untuk bekerja di perusahaan tersebut. 

"Saya yang bekerja, tetapi yang besar perusahaan orang. Kenapa saya tidak coba membuat perusahaan sendiri. Memang tidak ada gengsinya, dan orang tua sulit untuk mengungkapkan ke orang lain ketika dapat pertanyaan tentang pekerjaan anak. Tetapi, saya akan buktikan," kata Yudha. 

Hingga saat ini, Yudha mengaku bahwa orang tuanya masih sering mengatakan bekerja di kantor itu 'enak'. Risiko kerugian masih menjadi kekhawatiran orang tuanya. Namun, tak pernah terpengaruh, Yudha yang berpendirian kuat tetap yakin untuk menjadi seorang pengusaha sukses di hari esok. Keyakinan itu kuat ketika ia menydari bahwa sudah 25 cabang Satay Kato dan 3 cabang lagi sedang dalam proses nyata ia capai. 

Selain itu, menurut Yudha, risiko dan keuntungan yang didapatkan dari berbisnis masih lebih besar keuntungannya. Sementara teori ekonomi yang mengatakan, semakin tinggi risiko, keuntungan semakin besar (high risk, high return) mampu ia patahkan. Baginya, Satay Kato merupakan salah satu bisnisnya yang kecil risiko dan besar keuntungan. Bahkan, ia juga sempat mengalami aksi premanisme ketika berjualan satay. Namun, Yudha dengan tekad yang kuat tidak pernah gentar, apalagi putus asa dalam berbisnis. 

"Sekarang semua bergantung bagaimana membuat produk dan membuat marketing message. Bukan bagaiaman kita menjalankan bisnis. Tetapi, bagaimana kita melihat bisnisnya. Semua kembali ke bagaimana sudut pandang kita. Tidak perlu mendengarkan saran orang yang tidak berbisnis," tegas Yudha. 

Kecanduannya dalam berbisnis, membuat Yudha selalu semangat untuk berekspansi dengan menambah produk dan memjangkau pasar yang lebih luas. Produk yang juga sedang dan akan digarapnya, antara lain Kato Kopi, Kato Katsu, Properti Kato House, Kato Clothing, dan Kato Steak. Namun saat ini, Yudha fokus untuk membesarkan Satay Kato dengan sistem franchise-nya yang sudah sangat banyak permintaan, baik dari kota-kota besar di Jawa maupun di luar pulau Jawa. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: