Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Devisa Ekspor Dari Bali Capai US$536,57 Juta

Devisa Ekspor Dari Bali Capai US$536,57 Juta Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Denpasar -

Badan Pusat Statistik Bali menyatakan daerah tersebut selama 2017 mengekspor berbagai komoditas dengan devisa 536,57 juta dolar Amerika Serikat atau meningkat 6,24 persen ketimbang tahun sebelumnya yang 505,06 juta dolar AS.

"Berbagai jenis mata dagangan tersebut dikirim lewat sejumlah pelabuhan laut di Indonesia, termasuk melalui Bandara Ngurah Rai," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan perolehan ekspor Bali tersebut ditopang dari hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang digeluti masyarakat setempat, terutama di daerah "gudang seni" Kabupaten Gianyar.

Khusus nilai ekspor pada Desember 2017 mencapai 47,22 juta dolar AS, meningkat 1,32 juta dolar AS atau 2,88 persen dibandingkan pada November 2017 yang tercatat 45,90 juta dolar AS.

"Namun realisasi ekspor Desember 2017 dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 5,81 juta dolar AS atau 14,03 persen, karena perolehan devisa Desember 2016 hanya tercatat 41,41 juta dolar AS," ujar Adu Nugroho.

Sebanyak lima jenis komoditas utama yang menembus pasaran luar negeri tersebut, meliputi produk ikan dan udang 36 persen, pakaian jadi bukan rajutan 12,95 persen, perhiasan (permata) 11,22 persen, produk kayu, barang dari kayu 6,61 persen, serta produk perabot dan penerangan rumah 6,23 persen.

Adi Nugroho menjelaskan pasaran Amerika Serikat paling banyak menyerap aneka jenis mata dagangan dari Bali, yakni 28,05 persen, menyusul China 11,70 persen, Jepang 8,40 persen, Singapura 8,38 persen, dan Australia 6,88 persen.

Jika dibandingkan dengan kondisi pada Desember 2016, tercatat 10 negara utama tujuan ekspor Bali, yakni Australia, Jerman dan Prancis mengalamai penurunan, sedangkan dibandingkan dengan November 2017 dari 10 negara tujuan itu hanya Australia dan Taiwan yang mengalami kemerosotan.

Ia mengatakan peningkatan tertinggi secara "month-to-month", yakni tujuan China tercatat 61,71 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Gito Adiputro Wiratno

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: