Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Pemain Penting Kerja Sama Selatan-Selatan (1)

Indonesia Pemain Penting Kerja Sama Selatan-Selatan (1) Kredit Foto: Sekretariat Negara/via Kementerian Luar Negeri RI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke beberapa negara di kawasan Asia Selatan, seperti Bangladesh, India, Srilanka, Pakistan dan Afghanistan, semakin memantapkan peran Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan.

Dalam lawatannya ke beberapa negara Asia Selatan itu, Presiden melakukan misi ekonomi, perdagangan, politik dan kemanusiaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 menekankan perlunya Indonesia meningkatkan perannya dalam Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (tiga pihak).

Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) merupakan kerja sama pembangunan di antara negara-negara berkembang dalam rangka mencapai kemandirian bersama yang dilandasi oleh solidaritas, kesetaraan, dan saling menguntungkan.

Seiring waktu berjalan, model kerja sama tersebut mengalami perkembangan dengan adanya dukungan mitra pembangunan yang dikenal dengan istilah Kerja Sama Triangular.

Partisipasi aktif Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan dilandasi oleh kebijakan politik luar negeri Indonesia dan pelaksanaan hubungan internasional yang bebas dan aktif sebagai wujud pengejawantahan amanat UUD 1945, yaitu turut melaksanakan ketertiban dunia.

Kerja Sama Selatan Selatan dalam prediksi para ekonomi akan menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 57 persen dari GDP dunia di tahun 2030.

Indonesia berada di antara kelompok negara berkembang bersama Brasil, Tiongkok, India, Meksiko, Rusia dan Turki.

Menurut laporan pakar ekonomi PricewaterhouseCoopers (PwC), negara berkembang akan terus menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi global.

Pada tahun 2050, negara-negara E7 dapat meningkatkan kontribusi PDB mereka dari sekitar 35 persen menjadi nyaris 50 persen. Berdasarkan PDB berdasarkan PPP, Tiongkok diproyeksikan akan menjadi negara terbesar di dunia, diikuti oleh India dan Indonesia menjadi negara terbesar keempat.

Seiring dengan peningkatan posisi Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah, peran aktif Indonesia dalam forum global dan kerja sama pembangunan internasional, termasuk KSS harus semakin ditingkatkan.

Posisi Indonesia sebagai pemain yang netral dalam arena global memberikan nilai tambah dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara selatan lainnya.

Peningkatan peran aktif Indonesia dalam KSS sangat penting karena dinilai dapat memberikan manfaat bagi pembangunan, baik dari sisi politik, ekonomi serta sosial budaya.

Dosen ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Asia Selatan membuktikan kerja sama ekonomi sangatlah mendesak.

Dalam kapasitas sebagai pemimpin Indonesia serta dengan kedudukan RI sebagai negara unggulan di ASEAN, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Gerakan Non-Blok (GNB), maka sangatlah tepat jika Presiden Jokowi memprakarsai Kerja Sama Selatan-Selatan secara nyata, sehingga berdampak signifikan.

Kerja Sama Selatan-Selatan ini hendaknya memiliki dua sasaran strategis sekaligus. Yakni meningkatkan kualitas pembangunan masing-masing negara Selatan, sekaligus meningkatkan koordinasi sesama anggota kelompok Selatan.

Agar optimal, KSS ini hendaknya merujuk pada kesepakatan global, sebagaimana terprogram dalam "sustainable development goals" (SDG).

Untuk itu, KSS hendaknya fokus pada kerja sama yang menyangkut kepentingan bersama, dan berdampak cepat bagi kebutuhan mendesak mayoritas anggota.

Adapun lingkup kerja sama yang paling mendesak adalah seperti: (a) Pendidikan umum untuk generasi muda pada bidang Teknologi Informasi, Komputer, Bahasa Inggris, Matematika, dan Budaya Damai berbasis Kearifan Selatan-Selatan; (b) Energi Terbarukan bagi pembangunan jangka panjang; (c) Kesehatan Dasar untuk Masyarakat; (d) Informasi dan Teknologi untuk Administrasi Pemerintahan; dan (e) Pelatihan Angkatan Bersenjata untuk mendukung misi perdamaian PBB di seluruh dunia.

Dalam praktik nantinya, RI diharapkan mampu mengidentifikasi praktik-praktik SDG terbaik yang telah diterapkan di sesama negara Selatan.

Misalnya: (a) India untuk bidang Informasi dan Teknologi: (b) Indonesia untuk bidang Kesehatan Ibu dan Anak; (c) Malaysia untuk Pembangunan Infrastruktur jalan raya; (d) Mesir untuk Pelestarian Peradaban; dan (e) Afrika Selatan untuk Energi Terbarukan.

Indonesia hendaknya berinisiatif menjadi negara koordinator dari semua kerjasama tersebut, dengan menunjuk pejabat negara yang sangat senior, dan dikenal luas dikalangan KSS.

Seandainya kerja sama ini dilaksanakan secara sistematis dan terprogram, diharapkan dapat merangkul Myanmar, sehingga secara bertahap menjadikannya negara yang berorientasi pembangunan.

Tanpa perlu mengkhususkan pada pembangunan di Rohingnya, Myanmar diharapkan dapat menggunakan momentum ini untuk menjadi peserta aktif dalam KSS. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: