Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendiri Startup Ini Akui Tak Miliki Mental Jadi Karyawan

Pendiri Startup Ini Akui Tak Miliki Mental Jadi Karyawan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terlahir dan tumbuh di keluarga dengan latar belakang pebisnis, Reynold Wijaya, salah satu pendiri startup bidang financial technology (fintech) bernama Modalku, mengaku tidak memiliki mental untuk menjadi seorang karyawan. Sejak kecil, ia sudah dilatih untuk menjadi seorang pebisnis oleh orang tuanya sehingga jiwa entrepreneur pun tertanam kuat di dalam sosok seorang Reynold. Meski sempat bergabung dengan perusahaan keluarga yaitu Unifam (United Family) Group, Reynold bertekad untuk membuat bisnis sendiri.

Dalam ceritanya, Reynold mengungkapkan perjalanan bisnis fintech yang ia gagas bersama temannya Kelvin Theo ketika sedang melanjutkan studi di Harvard University. Sejak awal memutuskan untuk melanjutkan studi, Reynold ternyata memiliki tujuan untuk membuat family business. Ia tidak pernah berpikir untuk mengambil jurusan teknologi.

Namun, di sana ia sadar bahwa teknologi adalah masa depan, dan bahwa ke depan dirinya harus mahir berteknologi. Terkadang, ia ingin menjadi bagian dari revolusi meski dirinya pun belum tahu bisnis apa yang akan dibangun. Bersama Kelvin, ia pun menyetujui beberapa kriteria yang mereka buat, yaitu pertama, bisnis harus ada di negara masing-masing sehingga bisnis kami ada di Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Kelvin adalah orang Singapura-Malaysia. Reynold mengaku tidak ingin membuat bisnis di Amerika karena menurutnya pasti kurang menarik.

Kedua, harus wording. Misalnya membuat e-wording dan tidak perlu membuat fintech. Tujuan Reynold berbisnis tidaklah semata hanya mengejar keuntungan. "Saya tidak berorientasi pada uang. Kalau berorientasi pada uang, saya bisa saja fokus untuk memperluas bisnis saja. jadi, saya ingin melakukan sesuatu yang benar-benar memberikan impact," tuturnya kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Jakarta.

 Ketiga, harus make sense pada finansial juga. Menurut Reynold, jika ingin membuat usaha, haruslah membuat bisnis yang baik. Dengan fintech Modalku, ia meyakini kalau dilakukan dengan baik, sebuah bisnis bisa menjadi besar.

Reynold dan Kelvin pun mengecek dan menemukan bahwa bisnis peer-to-peer lending mampu menyelesaikan masalah yang sangat kronis dan dinikmati banyak orang. Seperti misinya dalam berbisnis, Reynold ingin memiliki bisnis yang mampu memberikan impact besar untuk bangsa dan negara.

Terlahir dari keluarga pengusaha, ternyata tidak membuatnya hyper mengejar profit. Dengan fintech Modalku, Reynold berkomitmen untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan para UKM di Indonesia. Dengan begitu, siklus ekonomi Indonesia pun bisa bergerak teratur dan tidak tergerus oleh kemajuan negara-negara yang sudah berkembang atau bahkan negara maju.

"I want to be an entrepreneur. Kalau bisa sekaligus do social things on the side, ya bagus," ucap Reynold.

Akhirnya, pada 2016 lalu, Reynold dan Kelvin pun memutuskan menjalani bisnis fintech di Singapura. Dengan nama Funding Society, mereka meluncurkan bisnis fintech-nya untuk yang pertama kali. Sampai akhirnya, Modalku pun diluncurkan di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: