Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

2022, BRI The Most Valuable di Asia Tenggara

2022, BRI The Most Valuable di Asia Tenggara Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk identik sebagai bank wong cilik. Bank tesebut memliki kantor kas dan mesin ATM hampir di seantero pelosok Indonesia. Apalagi setelah bank BUMN ini meluncurkan satelit sendiri pada 18 Juni 2016 lalu, setidaknya akan ada 25 ribu mesin ATM perusahaan yang terhubung via satelit. Sampai Agustus 2017, baru 11 ribu ATM yang terkoneksi ke BRISat. Dengan kehadiran satelit, BRI menargetkan setidaknya tambahan 10 juta nasabah baru. Dari sekitar 60 juta nasabah BRI saat ini, baru enam juta nasabahnya yang bisa menikmati layanan internet banking. Dengan hadirnya BRISat, layanan BRI akan bisa dinikmati di kawasan pengunungan dan sungai, di Wamena (Papua), misalnya. 

Di usia BRI yang sudah mencapai 122 tahun (1895— 2017), perusahaan sudah menjadi bank nomor satu di Indonesia ditilik dari sisi laba pada 2017 dengan perolehan Rp20 triliun, dan bercita-cita menjadi The Most Valuable Bank in South East Asia pada 2022. Bagaimana BRI mewujudkan mimpi besarnya itu, sang nakhoda Suprajarto—pejabat karier di BRI lebih dari 30 tahun dan sempat menjabat Wakil CEO PT Bank BNI sebelum diangkat jadi CEO BRI pada 15 Maret 2017— memaparkan dalam berbagai kesempatan kepada Arif Hatta dan Yosi Winosa, reporter majalah Warta Ekonomi. Pada bagian lain, doktor ekonomi jebolan Universitas Padjajaran ini memberi penjelasan kepada Warta Ekonomi dan media lainnya. Berikut petikannya.

Bisa digambarkan bagaimana kinerja BRI selama 2017? 

BRI menutup tahun 2017 dengan kinerja gemilang. Dari laporan keuangan Oktober 2017, DPK kita mencapai Rp735,17 triliun, tumbuh 8,71% year on year (yoy) dari tahun lalu yang sebesar Rp676,26 triliun. Penyaluran kredit mencapai Rp671,81 triliun atau tumbuh 9,9% dari tahun lalu yang sebesar Rp610,8 triliun. Laba dan aset masing-masing sudah lebih dari Rp20 triliun dan Rp993 triliun. 

Dengan kinerja yang gemilang itu, apakah BRI semakin optimistis kinerja 2018 akan menjadi lebih baik lagi?

Dengan pertumbuhan tersebut, tahun ini BRI optimistis akan menorehkan kinerja yang lebih baik, mengingat kondisi ekonomi yang diprediksi akan semakin baik. Dengan pertumbuhan yang konsisten, BRI juga optimistis untuk mewujudkan cita-cita menjadi The Most Valuable Bank di kawasan Asia Tenggara pada 2022. 

Kami optimistis semuanya bisa tumbuh double digit. Dikatakan bahwa perekonomian tahun depan masih baik, apalagi kalau kemudian investment grade dari sisi makro ekspor tumbuh di atas 17%, dan investasi juga tumbuh lebih dari 7%. Inilah indikator-indikator yang saya yakini, walaupun banyak orang mengatakan ini tahun politik, saya yakin masyarakat Indonesia sudah dewasa untuk bisa memilih mana politik, ekonomi, atau pun bisnis. 

Dari sisi NPL, sepertinya masih akan tetap aman. Akhir tahun ini, mudah-mudahan masih di bawah 3%. Kalau melihat tren industri yang semakin bagus di tahun depan, semestinya kami juga ikut membaik. Dari kami tidak ada yang perlu dibersihkan (konsolidasi), mungkin sedikit ada tekanan di kalangan menengah di wilayah cabang karena di situ masih ada sektor perdagangan dan konstruksi.

Anda begitu optimistis dengan gerak pertumbuhan perusahaan ke depan, padahal situasi global dan nasional masih diwarnai ketidakpastian. Bagaimana komentar Anda? 

Kami menyadari perjuangan untuk mewujudkan cita-cita tersebut bukanlah hal yang mudah. Pertumbuhan konsisten saja tidak cukup, perusahaan harus terus berinovasi dan mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang. 

Maksud Anda, BRI akan terus memantau perkembangan teknologi digital seperti halnya kehadiran fintech

Benar. Perkembangan teknologi melahirkan perusahaan yang memiliki bisnis serupa yang berbasis teknologi digital. Contohnya, financial technology (fintech) dan perusahaan rintisan (startup) yang hanya mengandalkan platform digital mampu melakukan tugas-tugas bank, seperti memberikan pinjaman. Ada lagi teknologi blockchain, yang memungkinkan orang per orang dapat melakukan transaksi tanpa melalui perantara pihak ketiga.

Kehadiran fintech dan blockchain menjadi “unsur” baru yang tidak boleh diabaikan oleh pelaku industri keuangan perbankan. Di satu sisi, fintech bisa menjadi pesaing dan blockchain bisa mendisrupsi bisnis perbankan, tetapi di sisi lain perbankan juga bisa bersinergi dengan unsur-unsur baru tersebut untuk semakin mendorong kinerja perusahaan.

BRI memiliki database yang besar, sementara fintech memiliki platform teknologi seperti peer to peer (P2P) lending yang sudah terbentuk dengan baik, itu yang akan dimanfaatkan. Bagi kami di BRI, kehadiran fintech ini bukan lagi ancaman, tetapi teknologi baru ini mampu memberi kontribusi keuntungan yang luar biasa bagi perusahaan ke depan.

Bisa dijelaskan kolaborasi yang akan dibangun BRI dengan perusahaan fintech?

Selain kami mencoba untuk berkolaborasi dengan beberapa perusahaan fintech yang sudah eksis, perusahaan juga akan masuk ke arah itu dengan inovasi dan teknologi serta kreativitas dari dua sisi, yakni sisi pengelolaan bisnis dan simpanan. Nah, dalam hal menyalurkan pinjaman pun akan disokong dengan teknologi sehingga calon debitur bisa lebih mudah dan lebih cepat melakukannya. Persyaratannya juga jauh lebih simpel dan cepat. Kalau selama ini proses pengajuan kredit itu dua minggu, kini bisa hanya 14 jam saja. 

Kehadiran teknologi seperti fintech dan blockchain akan memangkas sejumlah pekerjaan di perbankan. Bagaimana Anda mengantisipasinya?

Kami tidak memungkiri kehadiran teknologi seperti fintech dan blockchain akan mengambil alih sebagian pekerjaan yang ditangani manusia (human touch). Namun, jumlahnya juga tidak terlalu besar, hanya sekitar 20% dari jumlah pegawai. Kami sudah memiliki peta jalan (roadmap) lima tahun ke depan mau melakukan apa, salah satunya juga mengantisipasi mesin teknologi yang akan menggantikan peran manusia. Pegawai yang kelak pekerjaannya akan tergantikan mesin kami coba kelola ke sejumlah pos penugasan yang mampu memberi kontribusi yang lebih besar lagi, seperti pengembangan bisnis BRI. Kami sudah memiliki platform-nya.

Bisa dijelaskan langkah strategis BRI ke depan? 

Kami terus menganggarkan belanja modal untuk memperluas bisnis anak usaha, akuisisi, maupun menambah anak usaha. Kami masuk ke bisnis teknologi jasa dengan mengakuisisi Bahana Artha Ventura dan sebentar lagi kami akan mengakuisisi Bahana Sekuritas untuk masuk ke bisnis pasar modal. Rencana ini sudah ada sejak lama, sejak 5 tahun yang lalu. Akuisis ini akan memperkuat kami sebagai bank yang memiliki layanan keuangan yang lengkap. Kami punya BRI Syariah, BRI Agroniaga, BRI Multifinance, dan BRI Life. Kami ingin semua anak usaha bisa memberi kontribusi hingga 10% dari total laba BRI secara konsolidasi pada 2022 mendatang, saat ini baru sekitar 2,5%.

Apa target BRI ke depan? 

BRI saat ini sedang melakukan transformasi dan tahun depan transformasi itu sudah on the track. Tentu yang menjadi harapan bukan hanya menjadi bank terbesar di Indonesia, tetapi paling tidak di Asia Tenggara.

Di tahun 2022 BRI juga bercita-cita menjadi The Most Valuable Company di Asia Tenggara, apa parameter yang digunakan untuk mewujudkannya? 

Beberapa Indikator yang harus dicapai untuk menjadi The Most Valuable Bank di kawasan Asia Tenggara pada 2022 adalah laba bersih di atas Rp50 triliun dan kapitalisasi pasar naik dua kali lipat. 

Apa saja strateginya agar mencapai target menjadi The Most Valuable in Southeast Asia tersebut?

Pertama adalah tetap fokus pada bisnis UMKM. Portofolio kredit UMKM akan ditingkatkan hingga sebesar 80% dari total penyaluran kredit BRI di tahun 2022. Kedua, BRI akan memperkuat bisnis konsumer melalui salary loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Ketiga, segmen korporasi akan diarahkan ke basis whole sale transaction banking untuk mengumpulkan dana murah serta menghasilkan Fee Based Income. Keempat, menciptakan integrated financial solution. Bank BRI akan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat sehingga jasa dan produk keuangan lebih bervariasi dengan melibatkan atau bersinergai dengan Perusahaan Anak BRI.

Adakah yang lebih penting dari itu? 

Yang paling penting, semua itu akan didukung dengan teknologi yang canggih dan SDM yang unggul. 

Kalau begitu, bisa dijelaskan poin-poin penting dari proyeksi perjalanan setiap tahun hingga menuju 2022? 

Detailnya sudah ada, tetapi tidak dapat saya sampaikan karena rahasia dapur perusahaan.....hahahaha...... 

Bicara mengenai digitalisasi, apa saja yang sudah dilakukan oleh BRI, dan produk apa saja yang disiapkan?

Banyak, terutama perbankan digital. Di ulang tahun ke-122 kemarin, kami sudah meluncurkan proses digitalisasi untuk aplikasi kredit, kemudian di awal tahun 2018, kami juga akan meluncurkan QR code, hanya tinggal nunggu izin dari BI, mudah-mudahan bisa lebih baik dari kompetitor. Lalu, kami juga melakukan beberapa kerja sama dengan fintech untuk perluasan produk dan pelayanan yang akan kami berikan. Jadi, akan ada banyak inovasi.

BRIsat sudah berjalan 2 tahun, bagaimana progres dan evaluasinya?

Sudah bagus, malah sekarang kapasitasnya sudah 80%. Mei 2018 nanti sudah akan mencapai 100% sehingga semua transporder atau kapasitasnya sudah penuh. Makanya saya berpikir, apakah perlu beli lagi? Tetapi kalau beli lagi, mahal kan. BRIsat ini juga nanti utilisasinya akan bermacam-macam, jaringan kerja kami saja banyak, belum lagi agen bank yang tadi tahun depan akan ditambah 500.000. Kalau yang di daerah-daerah remote memang perlu BRIsat sendiri untuk nyantol ke sana. Ini yang kita baru petakan lagi, kira-kira mana yang memang perlu memakai satelit, mana yang tidak, dan mana yang harus menyewa. Jujur saja kalau semuanya harus memakai yang sana tidak akan bisa, bebannya berat.

Apakah ada langkah antisipasi terhadap teknologi blockchain?

Blockchain kan sebenarnya di luar sistem perbankan karena itu merupakan server sendiri sehingga orang akan lebih percaya antarkomunitas mereka. Jadi saya pikir, kami harus sambut baik. Tetapi apapun payment gateway-nya, ujungnya tetap harus ada bank, itu yang harus kami antisipasi. Kami tidak akan masuk di sana, tetapi untuk payment gateway, kami harus masuk. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: