Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transaksi Pasar Saham Warga Sumsel Terus Meningkat

Transaksi Pasar Saham Warga Sumsel Terus Meningkat Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Palembang -

Volume transaksi pasar saham dari investor yang menggunakan KTP domisili Sumatera Selatan diketahui terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Palembang Hari Mulyono mengatakan kenaikan transaksi ini lantaran adanya penambahan jumlah investor baru setiap tahunnya sehingga pada 2017 diketahui volume transaksi mencapai Rp13 triliun dari target Rp12 triliun.

"Dari total transaksi itu, sebanyak 11,5 persen justru disumbang oleh investor baru. Sebagai gambarannya, pada 12 Mei 2017 tercatat investor baru telah bertambah sebanyak 969 investor dalam sid aktif atau setara dengan 55,8 persen dari total investor baru 2016," kata dia di Palembang, Kamis (8/2/2018).

Ia mengatakan pada tahun lalu hanya ditargetkan meraup 1.910 Single Investor Identification untuk investor baru, tapi dapat terealisasi 1.934 SID. Sementara itu, pada 2016 hanya tercapai 1.736 SID baru.

Menurutnya, tren ini sangat mengembirakan, apalagi pada saat Desember 2017 dengan jumlah 10.522 investor, diketahui tingkat keaktifan bertransaksi mencapai 17,98 persen atau di atas nasional yang hanya mencapai 17 persen.

"Tahun ini, kami berharap bisa tembus 20 persen. Strateginya yakni dengan menyasar kalangan ibu rumah tangga. Mengapa mereka, karena sebenarnya mereka yang paling berpeluang untuk aktif terus di depan layar memantau harga-harga," kata dia.

Upaya ini juga sekaligus untuk mencegah kalangan ibu rumah tangga dari penipuan investasi bodong, seperti arisan online dan lainnya.

Selain itu, berinvestasi di pasar modal merupakan salah satu strategi jitu bagi masyarakat untuk mengatasi inflasi kenaikan harga barang yang cenderung kecepatan tidak dapat terkejar jika hanya menyimpan uang di bank dalam kaitan mengharapkan bunga.

"Setiap orang sudah seharusnya berinvestasi karena di masa datang dipastikan akan berhadapan dengan penurunan pendapatan seperti pensiun, inflasi harga barang, dan jasa. Jika sebelumnya dengan uang Rp100 juta bisa membeli mobil baru, saat ini sudah tidak bisa lagi," kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: