Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina: 60% Penyebab Kebakaran SPBU Akibat Kelalaian

Pertamina: 60% Penyebab Kebakaran SPBU Akibat Kelalaian Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
Warta Ekonomi, Makassar -

Unit Manajer Komunikasi dan CSR PT Pertamina MOR VII M Roby Hervindo mengatakan sekitar 60 persen kebakaran yang terjadi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) disebabkan kelalaian konsumen.

"Di Sulsel, angka kebakaran SPBU sangat kecil, dan 60 persen terjadi karena kelalaian konsumen," kata Roby meski tanpa merinci jumlah kasus kebakaran tersebut, di Makassar, Kamis (8/2/2018).

Konsumen, kata dia, masih kurang menyadari pentingnya mematuhi rambu-rambu larangan yang ada di SPBU, misalnya larangan menggunakan telepon genggam dan memotret di fasilitas tersebut.

"Uap dari bahan bakar, sangat mudah terbakar, sementara ada listrik statis yang dapat dihasilkan dari handphone dan kamera. Kalau ini bertemu, bisa menyebabkan percikan api dan menyulut kebakaran," jelas Roby.

Penyebab kebakaran lain yang sering ditemukan, lanjutnya, adalah konsumen yang memodifikasi bagian mesin atau knalpot kendaraannya.

"Ini sangat berbahaya, perlu disadari bahwa desain kendaraan dari pabrik sudah memiliki standar keamanan sendiri, jika dimodifikasi, ini justru bisa menyebabkan kendaraan terbakar," tuturnya.

Tidak jarang pula, kata dia, ada konsumen yang langsung menjalankan kendaraannya padahal pengisian bahan bakar masih berlangsung. Untuk meminimalkan peluang terjadinya kebakaran dan mengurangi dampaknya, ia mengatakan para pekerja di SPBU telah dilatih untuk mencegah dan menangani kebakaran.

"Mereka harus tahu, misalnya bagaimana menggunakan alat pemadam api," imbuhnya.

Di sisi lain, ia melanjutkan, pihaknya terus berupaya membangun kesadaran masyarakat mengenai aspek kesehatan dan keselamatan di SPBU. Salah satunya, kata dia, dengan memperkenalkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) kepada anak-anak SD, dan meluncurkan program Sekolah Keselamatan.

Budaya K3 ini, lanjutnya, diperkenalkan melalui kegiatan yang menghibur sekaligus mendidik seperti menggambar, mewarnai, dan bercerita.

"Kami ingin menanamkan nilai-nilai K3 sejak dini sehingga mereka akan menerapkannya hingga dewasa nanti, mereka juga bisa mengingatkan orang-orang dewasa di sekitarnya," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: