Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bagaimana Situasi Marketing 2018?

Bagaimana Situasi Marketing 2018? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Disrupsi menjadi satu isu yang semakin santer menjadi pembicaraan para pebisnis di Indonesia. Faktanya, disrupsi yang lahir dari teknologi digital dan konsumen telah mengejutkan para pebisnis. Disrupsi memberikan gangguan pada bisnis-bisnis yang sudah berkibar lama di dunia bisnis. 

Sebut saja Tesla, yang terlahir bukan sebagai perusahaan otomotif, mengejutkan perusahaan-perusahaan otomotif dunia. Tesla melompat dengan menawarkan inovasi produk otomotif yang jauh lebih canggih dari kendaraan-kendaraan besutan produsen otomotif. Di Indonesia, Go-Jek menjadi salah satu barometer yang melakukan disrupsi digital pada bidang transportasi. Tanpa memiliki motor, mobil, truk dan lain-lain, Go-Jek mampu menghentak perusahaan transportasi yang sudah eksis lama.

Wajar saja, banyak para CEO yang cemas dengan berbagai fenomena yang semakin bergerak liar dan polanya berubah dengan cepat. Perubahan-perubahan yang sangat dinamis tersebut menjadi tantangan yang sangat keras bagi perusahaan dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, memberikan penawaran kepada pelanggan dan promosi kepada masyarakat.

Pakar marketing, Hermawan Kertajaya menyebutkan ada beberapa hal yang harus dihadapi dunia usaha pada tahun 2018. Digital disruption, ritel power, dan political year. Ada satu hal lagi yang cukup menjadi momok yang menakutkan dunia bisnis, yakni VUCA. Para pebisnis sangat takut dengan volatility in change, uncertainty in competitor, complexity in customer, dan ambiguity in company.

Volatility in change sangat terasa dalam dunia bisnis. Setiap detik, menit, dan jam terjadi banyak perubahan. Oleh karena itu, pemimpin bisnis harus mengikuti ritme yang perubahannya kadang fluktuatif. Banyak CEO yang menyebutkan business plan tidak memungkinkan untuk dibikin dalam jangka yang panjang, karena perubahan terjadi setiap saat. Founder Go-Jek, Nadiem Makarim pernah menyebutkan tidak memiliki rencana bisnis jangka panjang untuk Go-Jek. Alasannya sama, perubahan bisnis yang cepat dan fluktuatif. Oleh karena itu, harus luwes menghadapi perubahan-perubahan tersebut.

Uncertainty in competitor. Bisnis akan melibatkan kompetitor. Saat ini, kompetitor bisa silih berganti datang tiba-tiba maupun mengejutkan dengan gebrakan barunya. Bayangkan saja, produsen otomotif akan terpukul karena mungkin dalam radarnya, kompetitor kuat hanya dari sesama perusahaan otomotif. Namun faktanya, perusahaan yang sama sekali bukan otomotif ikut menggempur pasar otomotif. Begitu pula saat Tokopedia mendapatkan darah segar dari Alibaba. Darah segar tersebut akan mendorong Tokopedia melompat lebih tinggi lagi meninggalkan kompetitor. Kompetitor akan semakin ngos-ngosan mengejar Tokopedia.

Complexity in customer. Pelanggan adalah raja. Konsumen generasi milenial memiliki karakter yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Praktis, ringkas dan mudah menjadi tipikal yang melekat pada generasai milineal ini. Mereka ini salah satu pelaku disrupsi. “Dari sisi demand itu consumer disruption. Kalau dari sisi supply itu digital disruption,” kata Managing Partner Inventure, Yuswohady. Ia menyontohkan juga Tesla menarik bukan karena teknologi green, tapi lifestyle. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut membutuhkan strong leadership. “Kalau tidak memiliki strong leadership di perusahaan, kena VUCA bisa langsung habis,” paparnya dalam sebuah forum marketing.

Oleh karena itu, leader perusahaan harus bisa menjadi navigator. Strategic leader itu adalah great leader. Jangan sampai dalam tekanan bisnis kekinian, para leader malah limbung dan salah menentukan langkah bisnis strategis. Yuswohady melihat CEO di Indonesia saat ini sedang deg-degan, mati gaya karena sebagian besar dari mereka adalah generasi X.

Adapun Hermawan menandaskan untuk menghadapi tahun 2018 harus dengan strong leadership, great leadership, great navigator. Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian saat menjadi navigator perusahaan. Apalagi untuk menjadi great navigator harus dengan cermat melihat unsur utama financial, marketing dan organization transformation. Dalam melihat financial compass, leader harus mampu melihat kekuatan keuangannya disebelah mana. Dalam melihat marketing compass, leader harus melihat dengan pasti lanskap competitive-nya. Tak kalah penting, leader harus melihat ada empat jenis sumber daya manusia dalam kompas organisasi. Ada orang profesional, creative, entrepreneur dan produktif. Kombinasi keempatnya harus tepat porsinya.

Hermawan mengatakan bahwa marketing dan finance adalah alat yang harus dikuasai. Seorang marketing tidak cukup hanya tahu marketing. Bagi sosok leader yang didalam organisasi sebagai driver harus memastikan perangkat-perangkat organisasi lainnya. Leader harus mengemudikan mobil mencapai tujuannya. Ia mengumpamakan marketing itu seperti SIM (surat ijin mengemudi). Begitu pula saat entrepreneur tidak tahu marketing, tidak tahu positioning, diferentiation, dan brand maka akan bahaya. Ibarat menyetir mobil tapi tidak punya SIM. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: