Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari Nol Kilometer di Sabang Hingga Nol Kilometer di Merauke

Oleh: Akhmad Sujadi, Manager PR dan CSR PT Pelni (Persero)

Dari Nol Kilometer di Sabang Hingga Nol Kilometer di Merauke Kredit Foto: Antara/Ampelsa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Alhamdulillah, syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenaan melakukan perjalanan ke nol kilometer di Sabang pada 2013 dan nol kilometer di Merauke pada 3 Februari 2018.

Ketika ke nol kilometer di Sabang, hamparan Lautan Hindia mengelilingi pulau paling barat Indonesia. Lautan Hindia yang menghiasi pulau di sebelah barat Pulau Sumatera itu sehingga harus ditempuh dengan perjalanan laut dari Banda Aceh. Angin semilir dan dalamnya laut serta deburan ombak tak pernah lepas dari telinga. Memandang ke seluruh penjuru, semua lautan.

Sebelum pulang kami diberikan sertifikat yang ditandatangani Wali Kota Sabang oleh pengelola wisata sebagai tanda pernah berkunjung ke nol kilometer Indonesia.

Kunjungan berikutnya ke Kalimantan Barat. Kami sempat ke Tugu Khatulistiwa. Setelah kunjungan, kami mendapatkan sertifikat dari pengelola wisata sebagai tanda pernah ke Tugu Khatulistiwa. Posisi Kalimantan Barat sebagai daratan di batas negara dengan Malaysia dan Brunei, terdapat pelayanan bus antara negara, baik bus Damri maupun bus swasta untuk mobilitas warga di perbatasan. Pemandangan di Kalimantan Barat lebih banyak hutan, sungai, dan jembatan panjang.

Ketika kunjungan ke Kabupaten Anambas, kami mengunjungi Pulau dan Kota Tarempa, ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Anambas merupakan pemekaran dari Kabupaten Natuna, wilayahnya juga didominasi laut. Kami ke tempat penangkaran ikan Napoleon serta ke Pulau Penjalin berwisata bawah laut. Di Kabupaten Anambas, ada 126 pulau namun hanya 26 pulau yang dihuni. Pulau-pulaunya kecil dan lebih didominasi wilayah lautan.

Demikian pula ketika ke Pulau Natuna untuk melihat langsung Tol Laut Pelni. Pulau terluar berbatasan langsung dengan negara Malaysia, Filipina, dan negara-negara ASEAN ini, wilayahnya juga didominasi lautan. Setelah Presiden Jokowi ke Natuna, sekarang bandaranya dipermak, terminalnya diperlebar, dan landasan pacunya diperpanjang agar pesawat berbadan lebar dapat singgah di Natuna.

Tidak itu saja, pulau Natuna yang dihiasai lukisan batu-batu besar seperti di Belitung ini kini semakin maju dengan adanya tol laut. Kapal Pelni yang singgah dua minggu sekali dapat membantu menurunkan harga barang. Pemerintah juga membangun pangkalan TNI di Pulau Natuna sehingga pulau terluar ini lebih ramai.

Kepulauan Karimunjawa juga menjadi objek wisata laut dengan menggelar wisata bahari ke pulau yang terletak antara Pualau Jawa dan Pulau Kalimantan yang masuk wilayah kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sebagai wilayah kepulauan, laut menjadi pemandangan dan keakraban dalam keseharian.

Pulau Komodo dan Labuan Bajo yang menjadi wisata unggulan Pelni juga didominasi laut. Setidaknya ada dua pulau yang wajib dikunjungi bila ke Labuan Bajo, yakni Pulau Kelor dan Pulau Rincha sebagai tempat hidup spesies komodo. Selain Pulau Komodo, wisata bawah laut di pink beach atau pantai pink juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Tak terlewatkan, objek wisata Gua Rangko juga perlu dikunjungi bila ke Labuan Bajo.

Sebelum ke Labuan Bajo, kita tengok sejenak ke Takabone Rate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Untuk ke objek wiatasa Taman Nasional Takabone Rate ditempuh dari Makassar menggunakan kendaraan darat menuju ujung selatan Pulau Sulawesi. Menyeberang laut dengan kapal Ferry ASDP bersama kendarannya. Lalu menyusuri pantai ke ujung paling selatan di Pulau Selayar.

Untuk dapat menyelam bawah laut harus naik kapal cepat ke Takabone Rate. Sebagai kabupaten kepulauan, tentu laut menjadi sahabat warga di pulau paling selatan yang bentuknya memanjang seperti pembatas air.

Atas undangan Bupati Talaud, rombongan Dirut Pelni yang saat itu dipimpin Sulistyo Wimbo Harjito, kami menghadiri pertemuan dengan bupati dilanjutkan menghadiri Festifal Manee, budaya tangkap ikan di laut pada hari dan jam tertentu di mana dalam setahun sekali di Manee, laut akan surut hingga daratan kering dalam tiga jam.

Sebelum kering, para nelayan menggiring ikan dengan rangkaian akar pohon dan daun kelapa ratusan meter ke suatu kolam lalu ketika laut surut para pengunjung beramai-ramai menuju kolam dan menangkap ribuan ikan yang terkurung di kolam.

Perjalanan ke wilayah paling utara di timur laut Indonesia saat itu hanya dapat dijangkau dengan kapal laut. Rombongan direksi PT Pelni (Persero) menggunakan KM Sangiang, kapal tipe 500 pax berangkat dari Bitung pada pukul 19.00. Selepas tali, dari Pelabuhan Bitung praktis selama tiga hari tiga malam pergi pulang, HP hanya dilihat, dibolak balik tidak bisa digunakan karena tidak ada sinyal. Yang lebih terkesan, ketika kami semua mabok laut, melayari lima pulau, muntah tujuh kali karena ombak sangat tinggi.

Kabupaten Kepulauan Talaud wilayahnya lebih dari 100 pulau, hanya sekitar 37 pulau dihuni. Selebihnya tidak berpenghuni. Laut menjadi pemandangan sehari-hari warga. Kapal laut menjadi andalan distribusi orang dan barang. Ombak dan badai di wilayah ini sering menghambat pelayaran. Daerah ini menjadi penghasil ikan, apalagi pasca penenggelaman kapal pencuri ikan, nelayan lebih mudah dalam melaut dan hasil tangkapanya berlimpah. Ikan tuna juga besar-besar dan murah.

Wakatobi merupakan gabungan nama pulau. Wanci, Kaledupa, Tomiang, dan Binongko. Wakatobi menjadi objek wisata bahari yang dikunjungi kapal Pelni. Untuk ke pulau indah di Provinsi Sulawesi Tenggara itu, kini lebih mudah karena Pelni menyediakan KFC Jetliner yang setiap minggunya menyambangai Wakatobi, Kendari, Kolaka, dari Baubau.

Provinsi Mauluku Utara yang sebelumnya beribu kota di Ternate, selama 20 hari Pelni menyelenggarakan BUMN Hadir untuk Negeri, tim kami memandu siswa dari Riau yang dikirim Pertamina dan mengirim pula siswa Mauluku Utara ke Kalimantan Utara.

Selain memandu di Maluku Utara yang ibukotanya sudah dipindahkan ke Sofifi di Palau Halmahera, Pelni bersama Perum Perindo dan Pelindo IV juga mengirimkan 20 siswa ke Kalimantan Utara sehingga diperjalankan ke Kalimatan Utara.

Pada 2014, kami melakukan perjalanan ke Raja Ampat yang merupakan objek wisata bahari yang sangat terkenal hingga ke mancanegera. Berawal dari Sorong, Papua Barat, saat itu KM Tatamailau sebagai hotel terapung ke Waisai, Wayag, dan semua obyek wisata di Kabupaten Raja Ampat. Karena sebagai hotel terapung, kapal akan menjadi sarana untuk penginapan, hiburan, makan, mandi, ibadah, hingga hajat semua di kapal.

Untuk menuju objek wisata, kapalnya berangkat dari Sorong lalu kapal akan bergeser ke beberapa titik terdekat ke objek wisata. Lalu dengan perahu warga, Pelni mengajak wisatawan mengunjungi berbagai objek wisata yang ada di Raja Ampat. Ketika kembali dari wisata, turun dari kapal, peserta tur sudah sarapan, mandi dan berhias di kapal, tur dengan Pelni memiliki pengalaman lebih menakjubkan.

Setelah ke Raja Ampat kesempatan berikutnya ketika mengikuti tim ekspedisi keliling nusantara dengan kapal dan sepeda. Diwali dari Makassar, Tim Pelni bersama komunitas sepeda dari Sesat, ITB, DKI Jakarta naik KM Tidar, Kapal Pelni dari Makasar-Baubau-Ambon-Banda Neiran dan berakhir di Tual.

Wisata keliling Nusantara ini murah, cukup bawa sepeda naik kapal. Ketika kapalnya sandar, dengan sepeda keliling kota beberapa jam sesuai jadwal kapal sandar, ketika kapal akan berangkat pesepeda masuk lagi melanjutkan perjalanan dengan kapal laut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: